Mahasiswa UPI Gelar Aksi Solidaritas Peringati Dua Tahun Tragedi Kanjuruhan
Oleh: Nabil Haqqillah
Bumi Siliwangi, Isolapos.com—Selasa, (01/10) malam, tepat dua tahun terjadinya tragedi Kanjuruhan di Malang yang memakan 135 korban jiwa, beberapa mahasiswa UPI berkumpul di Gate 1, Kampus UPI Bumi Siliwangi untuk melakukan mimbar bebas dan doa bersama. Aksi solidaritas yang diinisiasi oleh BEM KEMA FPOK ini bertujuan untuk menolak lupa atas terjadinya tragedi kelam tersebut, yang sampai sekarang kasusnya belum juga tuntas.
“Sayang sekali, sangat amat disayangkan setelah semua ini terjadi, belum ada titik terangnya,” ucap seorang orator dengan nada yang kesal.
Dalam pantauan Isolapos di lapangan, beberapa spanduk terlihat terpasang. Salah satunya tertulis “2 Tahun Tragedi Kanjuruhan Tanpa Keadilan”.
Muhammad Rizwan selaku korlap, mengatakan bahwa aksi ini adalah bentuk rasa solidaritas kepada 135 korban yang harus kehilangan nyawanya di Stadion Kanjuruhan, pada tahun 2022 lalu.
“Bentuk rasa solidaritas atas saudara kami yang sudah meninggal yang di mana itu nyawa manusia yang bukan sembarangan gitu ya,” ucap Rizwan.
Menurut Rizwan, aksi solidaritas ini dilatarbelakangi oleh ketidakjelasan mengenai penyelesaian kasus Tragedi Kanjuruhan yang saat ini sudah menginjak tahun kedua. “Jadi kami inisiatif untuk memperingati, takutnya para pejabat lupa tentang tragedi ini sangat lah kelam bagi dunia olahraga sepakbola,” ucap Rizwan.
Aksi solidaritas ini juga turut dihadiri oleh Presiden Mahasiswa BEM REMA UPI, Muhammad Farhan Nugraha.
Dalam orasinya, Farhan menyatakan turut berduka cita atas matinya keadilan di Indonesia. Farhan mengatakan bahwa sudah dua tahun, tragedi yang menimpa 135 korban itu tak kunjung mendapat kejelasan.
“Kita lihat per hari ini, dua tahun kasus Kanjuruhan tidak pernah terselesaikan, 135 korban nasibnya tidak ada kejelasan. 135 korban yang tidak tahu,” ucap Farhan.
Farhan juga menyinggung masih banyaknya kasus HAM di Indonesia yang masih belum terselesaikan. Salah satunya kasus-kasus pelanggaran HAM di tahun 1998.
“Bahwa lagi dan lagi kasus HAM yang ada di Indonesia tidak pernah terselesaikan. Kawan-kawan mengetahui, tahun 1998, banyak sekali kasus ham yang belum diselesaikan sampai per hari ini,”
Farhan juga mengatakan bahwa sampai saat ini di setiap Kamis, untuk menuntut keadilan bagi korban pelanggaran HAM, orang-orang masih harus berdiri di depan Istana Negara.
Menutup orasinya, Farhan menyatakan ia turut berduka cita atas matinya keadilan di Indonesia. “Saya turut berduka cita atas matinya keadilan yang ada di negeri kita,” Ucap Farhan.
Qurani, salah satu mahasiswa FPOK yang juga pecinta sepakbola, berharap agar tragedi ini tidak terulang kembali. “Sebagai mahasiswa dan pecinta bola juga, berharap tragedi ini tidak terulang lagi,” Ucap Qurani.
Senada dengan Qurani, Rizwan juga berharap sepakbola Indonesia bisa lebih baik lagi. “Semoga sepakbola di Indonesia itu lebih baik, suporter lebih bijaksana, begitu pun juga para aparat dalam menindaklanjuti segala kesalahan tidak gegabah, harus sesuai dengan sop,“
Aksi solidaritas ini sendiri berakhir sekitar pukul 21.00 yang ditutup dengan menyalakan lilin sambil berdoa bersama. []
Redaktur: Harven Kawatu