Kolam Renang UPI: Fasilitas Bermasalah di Tengah Prestasi Mahasiswanya

3,068

Oleh: Ulil Albab

Bumi Siliwangi, Isolapos.com-Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) kembali menorehkan prestasi di bidang olahraga, khususnya cabang renang. Namun dibalik capaian tersebut, ada ironi mengenai kondisi fasilitas olahraga kampus yang dinilai kurang layak dan belum memadai. 

Dilansir dari akun Instagram @akuatik.upi, dalam gelaran Rektor Cup Gelanggang UPI, Bandung, 8 – 10 agustus 2025, UKM Akuatik UPI memborong 14 medali emas, 15 perak, dan 8 perunggu. Dan dalam gelaran Invitasi Mahasiswa Cabang Olahraga terukur, Jakarta, 10 – 12 Juni 2025, UKM Akuatik UPI menoreh Juara Umum dengan membawa pulang medali 8 Emas, 5 Perak, dan 5 Perunggu.

Meski mahasiswa UPI memperoleh kegemilangan dari segi prestasi, tapi tidak dari fasilitas gelanggang kolam renangnya. Fathan, Ketua UKM Akuatik UPI. Ia menuturkan bahwa beberapa fasilitas di Gelanggang Renang UPI masih membutuhkan perhatian, seperti kamar mandi yang gelap dan kekurangan air, serta musala yang bocor ketika hujan. Menurutnya, hal-hal semacam ini sering mengganggu kenyamanan atlet saat berlatih, terlebih ketika persiapan menghadapi kompetisi besar.

“Fasilitas kamar mandi gelap dan sering tidak ada air. Saya juga pernah mengadakan perlombaan air, (di waktu tersebut-Red) di WC itu jarang ada air dan banyak kebocoran di musala,” tuturnya. 

Fathan juga menyoroti bagaimana kondisi air kolam renang. “Kadang saat perlombaan juga pernah sampe kolamnya hijau, saat kita latihan juga kadang kolam yang kecil itu sampe hijau.”

Keluhan serupa datang dari mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP). Nazmi (bukan nama sebenarnya) mengaku sering menemukan fasilitas Gelanggang dalam keadaan yang buruk.

Shower-nya banyak yang nggak berfungsi, ada pintu kamar mandi lepas, dan air kolamnya kadang kotor, bahkan ada daun dan sampah plastik kecil,” ujarnya.

Nazmi mengaku sering berenang di Sarana Olahraga Ghanesa (Saraga), Institut Teknologi Bandung (ITB) sebagai alternatif saat kondisi kolam Gelanggang Renang UPI dalam kondisi yang buruk. “Kalau lagi jelek (airnya-Red) ya ke Saraga. Ya alternatif-lah. Kadang juga gelanggang dipake acara.”

Laisya, Mahasiswi FIP, memiliki alasan serupa. Ia menambahkan alasannya berenang di Saraga ITB karena ada jadwal khusus untuk perempuan.

“Ada beberapa alasan kenapa saya lebih memilih kolam renang ITB. Yang paling utama, di ITB ada jadwal khusus untuk perempuan, yaitu setiap hari Senin dan Kamis pukul 7 – 9 pagi. Jadwal seperti itu menurut saya sangat penting karena memberikan rasa aman dan nyaman bagi perempuan yang ingin berenang tanpa merasa canggung,” ujarnya. 

Sedangkan, Ghani (bukan nama sebenarnya) mahasiswa Telkom University merasa terkejut saat berkunjung ke Gelanggang Renang UPI. Pasalnya, dahulu ia kerap berkunjung ke kolam Gelanggang Renang pada event tertentu. 

“Jujur, kalo tahun-tahun sebelumnya itu kolam renang itu justru bersih banget gitu. Airnya itu biru jernih-lah. nah tapi baru kemarin itu ya kotor banget,” ungkapnya.

Fasilitas lain pun ia komentari “Kalo kamar mandi ya seperti yang bisa diliat aja gitu. sebenernya kerannya ada beberapa yang hilang terus juga ga ada ember dan gayung, itu udah bisa diliat dengan mata sendiri gitu.”

Sebagai UKM yang paling sering memanfaatkan gelanggang, di tengah buruknya kondisi ini, UKM Akuatik tetap berlatih di gelanggang renang.

“Memanfaatkan tempat yang ada dan bila latihan di luar juga kita pasti banyak mengeluarkan dana yang cukup besar juga” ucap Fathan.

Menurutnya peningkatan fasilitas Gelanggang dapat mempengaruhi kualitas latihan dan citra kampus UPI. “(Kualitas yang baik-Red) meningkatkan prestasi dan juga meningkatkan kembali citra gelanggang renang UPI-nya juga.”

Menanggapi kondisi tersebut, Uus Mulyana, Ketua Divisi Pengelolaan Bisnis Direktorat Bisnis UPI, menjelaskan bahwa saat ini pengelolaan kolam renang tengah mengalami penyesuaian pasca perubahan struktur organisasi.

“Sebelumnya kolam renang dikelola oleh UPT Pusat Olahraga Universitas (POU), sekarang bergabung ke Direktorat Bisnis,” ujar Uus. “Kami sedang menata struktur internal agar pengelolaan lebih efisien.”

Uus juga memaparkan bahwa salah satu kendala utama adalah ketergantungan pada Water Treatment Plant (WTP), yang merupakan sumber utama pasokan air bersih di kampus. 

“Kolam renang kita belum punya sumber air sendiri. Semua air diambil dari WTP, dan kita belum punya kolam pengolahan air (treatment tank) yang memadai, sehingga air sering terlihat hijau,” jelasnya.

Ia menambahkan, keterbatasan anggaran turut berpengaruh terhadap proses perawatan fasilitas. 

“Sekarang kami sedang memperbaiki mesin-mesin pompa agar distribusi air lancar dan perlahan memperbaiki kamar mandi yang rusak. Kami pakai anggaran internal dulu sambil menunggu persetujuan Universitas untuk pembangunan sumber air sendiri,” tambahnya.

Meski kolam renang UPI juga dibuka untuk masyarakat umum, Uus menegaskan bahwa prioritas utama tetap untuk kegiatan mahasiswa.

“Kita utamakan dulu kegiatan pembelajaran mahasiswa. Kalau ada waktu luang, baru dibuka untuk umum atau klub,” katanya.

Ia berharap dengan perbaikan bertahap, kolam renang UPI bisa kembali menjadi fasilitas yang representatif bagi mahasiswa dan masyarakat.

“Fasilitasnya sebenarnya bagus, hanya perlu pembenahan di beberapa titik. Apalagi kolam ini dulu dibangun untuk PON 2016, jadi kualitas dasarnya sudah baik,” tutupnya.

Redaktur : Rakha Ajriya

You might also like