Gas Air Mata Hujani Unisba dan Unpas

219

Oleh: Lira Septia Zahra dan Muhammad Ulil Albab 

Bandung, Isolapos.com Senin (01/09) malam, dua kampus yang terletak di Jl. Tamansari, yaitu Universitas Islam Bandung (Unisba) dan Universitas Pasundan (Unpas) dihujani oleh tembakan gas air mata oleh aparat. Kedua kampus tersebut dijadikan titik evakuasi dan posko medis sejak aksi pertama pada Jumat (29/08) lalu. 

Penembakan gas air mata tersebut terjadi sekitar pukul 23.30 saat sweeping berlangsung. 

Menurut Abing, salah seorang mahasiswa Unisba yang berada di tempat kejadian, universitas  dipandang sebagai ruang yang netral dan independen malah menjadi sasaran dari kekerasan oleh aparat negara. 

Ia menilai bahwa saat aksi dimulai, Unisba dan Unpas merupakan kampus yang dijadikan safe zone untuk korban. 

“Banyak beberapa massa aksi yang memenuhi kampus safe zone ini gitu. Unisba dan Unpas,” ujar Abing, saat diwawancarai Isolapos pada Selasa (02/09) siang. 

“Aku ngedenger tuh dari pihak medisnya kan Unisba untuk luka berat, terus Unpas untuk luka ringan,” tambahnya. 

Abing juga menjelaskan berdasarkan pantauannya di sosial media hingga kejadian terjadi, sekitar pukul 19.00 hingga 21.00 beredar kabar gesekan antara warga sipil dengan aparat yang represif. Ia juga mengatakan, aparat dari Kepolisian maupun TNI terlihat berkeliaran dengan kendaraan taktis seperti truk hingga aparat yang membawa senapan.

“Kalau dari info sebelum-sebelumnya di sosmed, aku ngeliat, aparat polisi sama TNI dan kendaraan taktis. Nah, itu di kisaran jam delapan itu sudah ada penembakan gas air mata di depan gedung kedokteran sama gedung LPPM Unisba. Nah, ketika beres dari situ, massa aksi itu udah mulai membubarkan diri juga sebagian,” tambahnya. 

Sekitar pukul 23.30 penembakan gas air mata kembali terjadi di sekitar Unisba dan Unpas saat massa aksi berusaha mundur. Insiden berawal di depan Bank BJB dengan satu hingga dua tembakan gas air mata ke arah kampus Unisba, disusul dua hingga lima tembakan tambahan oleh tentara. Aparat kepolisian juga melakukan penyisiran di sekitar kampus Unisba dan Unpas sambil melemparkan beberapa gas air mata.

Sementara itu di Unpas, menurut Rosid, selaku Kepala Bidang Pengamanan Unpas, menerangkan kronologi kejadian hari itu. Ia mengaku ada perintah dari atasannya untuk membuka kampus atas dasar kemanusiaan dengan dibatasi hanya membawa korban saja. Rosid juga mengatakan bahwa hari itu mahasiswa Unpas juga ikut turun dalam aksi damai di depan kantor DPRD Provinsi Jawa Barat. 

“Saya perkirakan tidak ada demo lagi waktu kemarin, karena dari pagi kita santai saja. Kemudian ada konfirmasi dari Ketua BEM (Unpas-Red), mau ada aksi lagi. Saya juga konfirmasi ke pimpinan melalui ajudannya, mempersilakan kalau dasarnya kemanusiaan. Jadi dibuka aja, tapi dibatasi hanya yang membawa korban,” ujarnya.

Rosid menambahkan bahwa massa aksi sudah kembali ke kampus setelah maghrib dan banyak dari massa aksi yang telah meninggalkan kampus. Akan tetapi, banyak juga yang berdatangan setelah dipukul mundur aparat karena menurutnya titik evakuasi dan kumpulnya juga di Unpas. Ia juga menambahkan tidak hanya mahasiswa Unpas saja yang masuk ke dalam kampus.

Menurut informasi yang diterimanya, penembakan gas air mata terjadi setelah insiden pelemparan bom molotov ke arah petugas saat melakukan sweeping di area Tamansari yang tak jelas darimana datangnya. Sehingga menimbulkan bentrokan dan menghimbau massa aksi untuk masuk ke dalam kampus 

“Saya anjurkan, udah cari aman aja, mengamankan diri. Dan (saya-Red) anjurkan anak-anak yang berkerumun di depan, ditarik ke belakang,” imbuhnya saat diwawancarai. 

Ia juga menuturkan bahwa kepolisian berupaya untuk memasuki area kampus, tetapi berhasil dihentikan oleh satpam yang sedang bertugas. 

Dalam ceritanya, Rosid mengatakan sekitar 48 gas air mata ditembakkan ke dalam area kampus Unpas yang mengakibatkan sekitar 12 orang menjadi korban. Petugas medis yang sebelumnya sedang beristirahat setelah mengobati korban kembali disibukkan karena aksi tersebut. “Medis yang udah istirahat itu merawat lagi. Kurang lebih 12 orang lah di atas, kurang lebih 12 orang yang dirawat,” ceritanya.

Penembakan gas air mata menjadi penyebab kerusakan fasilitas kampus Unpas. Sebuah kaca masjid pecah dan dinding yang berlapis Aluminium Composite Panel terlihat penyok akibat penyerangan aparat. 

Di sisi lain, Polda Jabar membantah dalam tulisan yang diunggah kompas.com, tudingan aparat menembakkan gas air mata ke dalam kampus Unisba dan Unpas. Pol Hendra Rochmawan menjelaskan, gas air mata yang memasuki area kampus bukan ditembakkan ke dalam, melainkan terbawa angin dari jalan raya. 

Pengakuan tersebut berbanding terbalik dengan kesaksian Rosid. Ia mengakui bahwa titik penembakan terjadi dari luar menuju ke dalam kampus. “Jadi kejadian penembakan itu dari jalan. Termasuk ada kaca pecah kan. Selongsong juga ada, buktinya masih bapak simpan. Ada 48 itu, tutup selongsongan itu. Kaca pecah, bekas-bekasnya juga di tembok-tembok ada, masih ada” tutur Rosid.

Menanggapi adanya tindakan represif dari aparat kepolisian dan tentara, kedua universitas yaitu Unisba dan Unpas, mengeluarkan pernyataan resmi baik dari mahasiswa Unisba dan Unpas, hingga rektor dari masing-masing kampus di akun Instagram @univ_pasundan dan @pikiranrakyat. Keduanya menjelaskan kronologi yang terjadi hingga mengecam tindakan brutalitas yang dilakukan oleh aparat dalam kegiatan sweeping yang dilakukan. []

Redaktur: Nabil Haqqillah

You might also like