Pertimbangkan lagi Menjadikan UN Patokan Kelulusan Siswa
“Kalau pengelolaannya seperti ini, lebih baik tidak ada saja UN. Esensi UN itu di mana?” keluh seorang Dosen Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu PEndidikan, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Rusman. Ia pun kecewa atas banyaknya penyimpangan yang terjadi dalam Ujian Nasional (UN) seperti waktu yang berbeda-beda. “Sebagai tolak ukur kemampuan akademik siswa, Ia menilai UN tidak lagi kredibel,”gerutunya lagi, Jumat (4/5).
Bertepatan dengan momen Hari Pendidikan Nasional, Ia berharap pendidikan Indonesia lebih baik. Ia berpendapat UN tidak mengukur secara keseluruhan aspek akademik, baru menyentuh ranah kognitif saja. Lagipula menurutnya, sekolah lebih mengetahui kemampuan akademik siswa baik dari segi afektif, psikomotor, apalagi kognitif. Jika memang ingin tetap melaksanakan UN Ia menyarankan agar UN ditujukan bukan untuk kelulusan siswa, melainkan me-ranking sekolah. “Pemerintah baiknya mempertimbangkan kembali untuk menjadikan UN sebagai patokan kelulusan,” ungkap Rusman pada isolapos.com.
Bukan hanya pengajar saja yang mengeluhkan UN sebagai patokan kelulusan. Mahasiswa pun angkat bicara persoalan ini. “Sudahlah UN itu jangan diadakan, sia-sia aja,” ucap seorang Mahasiswi JurusanPendidikan Bahasa Jerman UPI, Dessy Setyorini yang tidak mendukung adanya UN. Pada kenyataannya, jelas Dessy Setyorini UN tidak bisa mengukur kemampuan akademik siswa. Ia memaparkan banyak penyimpangan yang terjadi dalam UN.” contohnya kebocoran kunci jawaban,” kata Dessy.
Ia pun menjelaskan lebih jauh fasilitas dan sekolah di tiap daerah itu berbeda-beda, hal ini mengindikasikan kemampuan akademik anak di tiap daerah berbeda pula. Terkait hal ini, Ia merasa UN tidak adil dilaksanakan bagi siswa yang bersekolah di daerah terpencil yang notabene memiliki kualitas dan fasilitas pembelajaran yang kurang memadai. Oleh karena itu, menanggapi problematika UN ini, Ia menyarankan agar UN lebih baik tidak dilaksanakan lagi.
“Yang lebih mengenal kemampuan akademik siswa itu ya guru, sekolah. Pemerintah tau apa sih mengenai siswa,” jelas Dessy dengan geram pada isolapos.com. [ Nur ANisa. K]