Muslim Minoritas di Negeri Eropa

199
isolapos.com

Bandung, isolapos.com

Mengusung tema “Islam Uranium Age”, Badan Eksekutif Mahasiswa Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Geografi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) menggelar acara Geography Islamic Fair 2014, Sabtu (13/12). Dengan mengundang pembicara seminar dari Great Muslimah, Anita Rahayu dan pasangan penulis, Hanum S. Rais dan Rangga Almahendra, acara ini digelar di Gedung Achmad Sanusi, UPI.

Meskipun bangku yang disediakan terlihat tidak terisi sepenuhnya, acara ini diawali dengan pembicara yang cukup menggugah semangat, Anita Rahayu Triani. Pada kesempatan itu, Anita menyampaikan materi tentang Harta, Tahta, dan Si Eta. Ia menuturkan kisah-kisah inspiratif untuk mengajak peserta diskusi berbenah diri dari keterpurukan generasi islam dewasa ini. Adapun di sela kisah itu, ia menceritakan kisah nyata pribadinya yang telah lolos dari keterpurukan.

Anita berkisah ia pernah tinggal di kawasan yang mayoritas beragama non muslim dan pernah terjebak dalam pola hidup yang hedon sehingga nilai-nilai Islam luput dari kehidupannya. Menurutnya, setiap orang harus meninggalkan masa lalunya yang buruk dan kembali ke jalan yang benar. “Kita harus berhijrah dari kegelapan,” tambahnya dihadapan..

Menilik dua karya terakhirnya yang bertemakan Islam, Hanum dan Rangga mengklaim dirinya sebagai agen muslim minoritas. Berbeda dengan novel-novel lain yang berlatarkan luar negeri, yang lebih bertutur indah tentang arsitektur dan suasana, dua penulis ini berusaha mengambil sisi lain yaitu peran kaum muslim sebagai minoritas di Eropa dan Amerika.

Menurut Hanum, menjadi minoritas muslim di luar negeri khususnya Eropa dan Amerika ternyata menjadi tantangan sendiri karena kesenjangan yang diciptakan dan tidak harmonisnya negeri barat dengan muslim. Fenomena seperti ini disebut islamophobic, yaitu suatu kekhawatiran terhadap kaum islam yang sudah terlanjur dicap anarkis dan ekstrimis oleh pihak barat.

Dengan adanya paradigma tersebut mereka berusaha menonjolkan kebaikan dan islam yang cinta damai dalam novel-novelnya. “Bulan Terbelah di Langit Eropa” menjadi contoh terbaru untuk mengenalkan Islam dengan sisi yang berbeda. Hal itu terkait jati diri dan fakta-fakta Islam yang terkubur harus dikuak kembali, dan islamophobic harus dihapuskan. “Menjadi suara muslim yang cinta damai,” ujar Rangga yang berkomentar tentang efek novelnya itu bagi masyarakat. [Reza P.]

Comments

comments