Bersama Membangun Semangat Antikorupsi

249
Sely Martini, Koordinator Relawan pada Festival Antikorupsi 2015. (DOK. GERAKAN ANTI KORUPSI)
Sely Martini, Koordinator Relawan pada Festival Antikorupsi 2015. (DOK. GERAKAN ANTI KORUPSI)

Purnawarman, isolapos.com- Sely Martini tak menyangka, gelaran Festival Antikorupsi yang digelar di Kota Bandung ternyata mendapat sambutan baik dari berbagai komunitas di Kota Kembang ini.

Dari awalnya hanya akan menggelar 24 kegiatan dan sekitar 5 lomba, ternyata dalam perkembangannya beranak pinak dan melibatkan banyak komunitas kreatif di Kota Bandung. Para aktivis komunitas itu bergabung dalam konsorsium komunitas.

“Sebenarnya ada 17 komunitas yang bergabung (di konsorsium komunitas,-red), tapi dari sana ada ratusan komunitas lain yang saling berjejaring dan berlapis-lapis. Seperti komunitas Jendela Ide, ada jendela Ide Kids dan Jendela Ide Youth. Dari komunitas Simpul institute, ada 123Education, dan lain-lain,” ujar Selly.

Ya, tahun ini Kota Bandung ditunjuk oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai tempat penyelenggaraan Festival Antikorupsi 2015. Festival itu bertajuk “Berbagi Peran Membangun Negeri, Berbagi Peran Memberantas Korupsi” dan digelar di berbagai titik, salah satunya di Gedung Sasana Budaya Ganesha (Sabuga), Jalan Tamansari Kota Bandung, 10-11 Desember 2015.

“Partisipasi publik luar biasa, mereka ingin ikut. Yang tadinya ada 24 kegiatan dan 5 lomba menjadi beranak semua,” ujar Sely yang menjadi koordinator relawan selama gelaran tersebut kepada isolapos.com, Jumat (11/12/2015).

Konsorsium Komunitas adalah sekumpulan komunitas yang bersama-sama bergerak untuk menyukseskan festival anti korupsi 2015 yang diketuai oleh Marintan Sirait. Konsorsium yang terbentuk sejak September lalu itu bertujuan menggerakan semangat antikorupsi sehingga setiap komunitas dapat berkontribusi dalam gerakan antikorupsi, terutama bagaimana mengampanyekan nilai-nilai integritas.

Nilai integritas yang hendak dikampanyekan itu yakni jujur, peduli, mandiri, disiplin, kerja keras, sederhana, tanggung jawab, berani, adil, dan sabar yang dikenal dengan nilai integritas 9+1.

Sely menambahkan, acara yang ditampilkan pada festival tersebut dikemas secara menarik. Yakni memadukan antara seni dan imajinasi setiap aktivis komunitas yang terlibat. Karya yang ditampilkan pun harus sesuai dengan semangat komunitas dan memiliki filosofi yang kuat. Dengan cara ini, pihaknya ingin mengubah citra semangat antikorupsi yang biasanya diisi dengan demonstrasi, kini menjadi lebih berseni.

“Kalau biasanya aksi antikorupsi itu identik dengan demo dan teriak-teriak, kita melakukannya dengan seni, jadi lebih indah,” kata Sely.

Dengan cara tersebut, dia berharap tak ada lagi sekat antara para aktivis antikorupsi dengan publik karena mereka merasa dilibatkan dalam aksi tersebut.

Tak hanya itu, pihaknya pun berusaha menanamkan nilai integritas melalui keteladanan para tokoh antikorupsi. Menurutnya, masyarakat membutuhkan sosok yang bisa diteladani dalam semangat antikorupsi.

“Seperti tokoh Munir yang berani menegakkan kebenaran hingga nyawanya hilang. Juga sosok seperti Jenderal Sudirman dan Gus Dur,” jelasnya.

Festival yang begitu semarak itu ternyata mendapat sambutan baik dari warga Kota Bandung, tak terkecuali bagi Garal yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Siswa SD Sabang itu tampak antusias mengikuti gelaran festival bersama kawan-kawan seusianya yang tergabung dalam komunitas Jendela Ide Kids.

“Korupsi itu orang yang mikirin diri sendiri dan nggak mikirin orang lain,” ujar Garal saat ditanya makna korupsi.

Jendela Ide Kids bersama komunitas lain seperti Rumah Bintang, Home Schooling, Parental, dan Kompan menyuarakan kampanye antikorupsi lewat lagu.

Ada 4 lagu yang tercipta, yakni Pergi ke Sekolah, Penggembala Domba, Udara, dan Pergi ke Gunung. Proses penciptaan keempat lagu itu melibatkan sejumlah Komunitas musisi seperti Tetangga Pak Gesang, Teman Sebangku, Nada Fiksi, dan Mr.Sanjaya.

Penggagas Jendela Ide Kids, Djaelani mengatakan, sebenarnya dulu semangat antikorupsi sudah dipelajari di tingkat SD, yakni dalam pelajaran budi pekerti. Dia berharap, lewat lagu, anak-anak dapat memahami sikap budi pekerti.

“Sekarang’kan pelajaran budi pekerti sudah hilang, sehingga diharapkan lewat lagu ini mereka bisa memahami apa itu budi pekerti,” ujar Djaelani.

“Target utamanya, musik ini nantinya bisa dinyanyikan oleh anak-anak di seluruh Indonesia. Anak-anak juga diajak untuk merespons lagunya melalui gambar yang nantinya akan dijadikan cover album,” ujar Fasilitator suara anak Jendela Ide Kids, Dolly Harahap.

Dolly yang juga tergabung dalam Komunitas Teman Sebangku itu berharap dengan kegiatan yang langsung melibatkan anak-anak itu, nilai-nilai integritas dapat tertanam dalam diri mereka, sehingga dapat menumbuhkan generasi antikorupsi. [ Prita K Pribadi ]

Comments

comments