Calon Mahasiswa Dihimbau Jujur Isi Data UKT
Oleh: Prita K. Pribadi
Bumi Siliwangi, isolapos.com— Penerimaan mahasiswa baru jalur SNMPTN sudah diumumkan secara serentak sejak Rabu (26/4) lalu. Kini, UPI mulai disibukkan dengan berbagai kebutuhan untuk calon mahasiswanya termasuk jumlah UKT yang harus dipersiapkan. Sebelumnya, UPI telah melakukan merilis besaran UKT 2017-2018 yang bisa diakses di jejaring pmb.upi.edu. Berbeda dengan tahun sebelumnya, kini UKT UPI terklasifikasi menjadi sepuluh kelompok yang akan diterapkan bagi mahasiswa baru jalur SNMPTN dan SBMPTN.
Terlepas dari perubahan tersebut, rentang biaya UKT UPI nampaknya tidak jauh berbeda. Masih berada di kisaran Rp. 500 ribu pada Kelompok I dan Rp. 1 juta pada Kelompok II. Sementara itu kisaran UKT pada Kelompok III hingga Kelompok X tergolong bervariasi di setiap prodi. Angka tertinggi melejit ke nominal Rp. 9 juta yang diterapkan di Kelompok X prodi IPSE (International Program On Science Education).
Disinggung mengenai kisaran UKT tersebut, Asep Kadarohman, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan UPI menilai angka tersebut relatif wajar. Adapun alasan penguraian rentang UKT hingga sepuluh kelompok tersebut dimaksudkan agar pendapatan orangtua dapat disesuaikan dengan mudah. Pasalnya pendapatan orangtua dapat beragam. “Maksudnya itu biar lebih mendekati dengan apa yang betul-betul sesuai dengan kemampuannya (orangtua, –red),” ujarnya saat ditemui isolapos.com setelah acara jumpa pers di ruang Teleconference Gedung Universiy Centre (UC) UPI, Jumat (28/4) pagi tadi.
Akan tetapi Asep menilai bahwa penetapan UKT yang dilakukan oleh UPI ini perlu dikaji. Menurutnya, cukup sulit untuk menentukan tingkat akurasi dari data yang sudah diterima. “Kita juga lagi mengkaji data-data tersebut. Nanti tanggal 27 kalau tidak salah harus melakukan updating data di tahapan registrasi SNMPTN. Dari updating itu kita akan pelajari berapa sih sebetulnya UKT yang paling layak bagi mereka,” ujarnya menjelaskan.
Untuk mempermudah pengkajian data tersebut, Asep berharap calon mahasiswa maupun orangtua dapat bersikap jujur saat mengisi data penerimaan mahasiswa baru. “Misalkan saja yang punya mengaku tidak punya kan repot, kemudian yang kesukaran mengaku mampu, itu kan masalah juga,” pungkasnya.[]