Hanya Ambar Yang Tahu

274

Kebenaran peristiwa pembunuhan gagal yang dialami dan diceritakan langsung oleh Manager Poliklinik Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Ambar Sulianti mulai diragukan. Keraguan itu dilihat dari lokasi kejadian, waktu kejadian, durasinya, CCTV yang tak terrekam saat kejadian, pelaku yang ceroboh serta amatiran dan tentunya tidak ada saksi di tempat kejadian. Hanya Ambar yang tahu kejadian itu.

Bisa dinilai bagaimana tanggapan masyarakat terhadap cerita pembunuhan yang saksi dan narasumbernya hanya si korban saja. Diperkuat lagi dengan beberapa hal yang membuat masyarakat, khususnya civitas akademika UPI tidak percaya dengan kejadian Ambar.

Pihak kepolisian belum menemukan pelakunya sampai detik ini. Muncullah pertanyaan, apakah benar Ambar mengalami percobaan pembunuhan itu? Bahkan sudah tersiar kabar, ambar mengalami halusinasi. Dekan Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan UPI, Yudha M. Saputra justru berharap, Ambar mesti diperiksa oleh sang Psikiater.

Halusinasi Ambar diperkuat lagi oleh ketua jurusan Pendidikan Olah Raga UPI, Sucipto. Tersiar kabar tersebut di kampus UPI, Ambar sebelum kejadian itu pernah berbincang dengan Sucipto, yang katanya dia akan dicekik. Obrolan itu sama dengan kejadian yang dialami Ambar. Bagaimana hal itu bisa terjadi seakan Ambar dapat melihat apa yang akan terjadi. Sucipto pernah menceritakan, Ambar mengaku punya indera keenam.

Jika terbukti Ambar telah membuat cerita palsu itu, maka dia mesti memperbaiki nama UPI yang sudah tercemar. Hal ini karena dia mengaitkan motif percobaan pembunuhan itu dengan profesi dia di kampus bercirikan pendidikan ini.

Tapi ada satu bukti yang mesti ditelusuri dari kejadian itu, pelaku berkaos merah yang terrekam di CCTV gedung University Center. Kemana laki-laki berkaos merah itu saat Ambar lari ke ruang gedung UC? Padahal jelas-jelas dalam CCTV, laki-laki itu mengikuti Ambar yang menuju ke mobilnya walaupun laki-laki berkaos merah itu tak terrekam CCTV secara lengkap.

Kalau peristiwa Ambar dianggap fiktif, apakah laki-laki berkaos merah itu juga rekaan? Hal ini karena setelah kejadian itu, laki-laki berkaos merah langsung menghilang setelah seorang satpam mencarinya. Dan kalau benar laki-laki berkaos merah itu ada dalam cerita Ambar, yang perlu ditanyakan adalah kapabilitas satpam.

Lalu apa motif Ambar jika dia hanya mengarang cerita? Ambar punya program di Poliklinik UPI yang dianggapnya istimewa. Dia pernah berujar, “Jika program saya ini berjalan, maka akan menjadi sejarah.” Tapi naas, program itu belum berjalan karena percobaan pembunuhan itu.

Ambar selalu mengaitkan musibah itu dengan penggagalan program tersebut. Pejabat-pejabat UPI yang punya kaitannya dengan Poliklinik pun dipanggil pihak kepolisian, tapi polisi tak menemukan bukti keterkaitan itu.

Itu hanya sekadar asumsi jika cerita Ambar terbukti palsu, tapi pihak UPI akan terus berharap supaya semuanya terkuak supaya penilaian-penilaian negatif itu terkubur   

Kunci jawaban kebenaran cerita itu terletak pada Ambar. Ambar mesti terus diperiksa oleh pihak kepolisian dan hubungkan dengan hal-hal yang dianggap janggal itu. Jika benar cerita Ambar itu, buat asumsi-asumsi motif pembunuhan gagal itu. Hal itu bisa dikaitkan dengan posisi Ambar, baik di tempat kerjanya maupun pribadinya. Jika tidak ada kaitannya dengan UPI, Ambar mesti minta maaf kepada UPI dan orang-orang yang dicurigai Ambar.

Comments

comments