Mahasiswa PPL Tidak Merata
Bumi Siliwangi, isolapos.com-
Seorang Mahasiswa Program Pengalaman Lapangan (PPL) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) itu terlihat duduk di ruang piket SMAN 24 Bandung. Sesekali ia menulis diatas buku absensi. Hari itu, ia tak masuk kelas, karena memang jadwal mengajarnya di hari lain. Sedangkan, mahasiswa lain yang juga melaksanakan PPL disana, terlihat berada di setiap kelas sedang mengajar.
SMAN 24 Bandung, pada semester ini kedatangan hanya 22 mahasiswa UPI yang melaksanakan PPL. Menurut Wakil Kepala Sekolah (Wakasek) bidang Kurikulum, Endang Sarip Suhendar, dengan jumlah 22 mahasiswa pihaknya lebih mudah mengatur jam mengajar mahasiswa PPL.
Namun, menurut Endang, sebaran mahasiswa PPL di SMAN 24 tidak merata. Pada mata pelajaran tertentu, ia mengatakan, kekurangan mahasiswa PPL, namun di mata pelajaran lain malah kelebihan. “Untuk semester ini, bisa dibilang mata pelajaran tertentu terlalu banyak. Justru ada yang dibutuhkan tapi tidak ada,” ucapnya, saat ditemui isolapos.com, Jum’at, (8/2).
Endang menjelaskan, kelebihan mahasiswa pada mata pelajaran tertentu, yaitu mata pelajaran Akuntansi, disebabkan pihak UPI terlambat menginformasikan. “Kebetulan ada mahasiswa PPL lain dari Universitas lain yaitu UNPAS (Universitas Pasundan-red), sehingga terdahului oleh universitas tersebut,” jelasnya. Ia menambahkan, UPI terlambat satu minggu menginformasikan daripada UNPAS.
Meski begitu Endang mengapresiasi atas kedatangan para mahasiswa PPL, karena mereka memang sangat dibutuhkan sekolah bahkan Guru. Bahkan, kata Endang, Guru-guru merasa teraktualisasi dengan adanya para mahasiswa PPL. “Artinya, guru-guru merasa senang dijadikan bahan referensi bagi mahasiswa,” tuturnya. “Bahkan Guru-Guru berebut untuk jadi Guru Pamong,” cerita Endang.
Situasi berbeda saat isolapos.com datang ke SMAN 15 Bandung. Disana, beberapa Mahasiswa PPL terlihat nongkrong di ruang piket, beberapa ada yang diam di ruang Perpustakaan. Wakasek bidang Kurikulum SMAN 15 Bandung, Undang Sadeli, mengatakan, semester ini sekolahnya mencatat sejarah karena kedatangan Mahasiswa PPL terbanyak, yaitu 51 mahasiswa.
“Sebenarnya kami mengajukan dua mahasiswa setiap mata pelajaran. Namun, alasan dari UPI karena semester genap ini banyak, jadi kami menerima lebih dari setiap mata pelajaran, kecuali PAI (Pendidikan Agama Islam). Ya mau tidak mau kami terima,” kata Undang saat ditemui isolapos.com di ruangannya, Jum’at, (8/2).
Dengan mahasiswa sebanyak itu, Undang terpaksa menugaskan lebih dari satu mahasiswa sekaligus dalam satu kelas. Pada mata pelajaran Bahasa Jerman misalnya. Tak tanggung, tiga mahasiswa dijadwalkan untuk mengajar di satu kelas. “Karena hanya ada satu kelas, pembagiannya dengan cara Team Teaching. Jadi, satu orang mengajar, yang lainnya mengawasi,”cerita Undang kepada isolapos.com.
Jika di SMAN 24 guru-guru sangat apresiatif kepada Mahasiswa PPL, di SMAN 15 seolah sekolah hanya memenuhi permintaan dari UPI saja. Bahkan, Undang mengaku pihaknya tak begitu membutuhkan, namun hanya atas dasar sebagai mitra UPI saja mereka mau menerima Mahasiswa PPL. “Sebenarnya bukan kami yang membutuhkan, tapi UPI yang membutuhkan kami,” tandas Undang menutup percakapan. [Fachmi Maulana]