Peran Keluarga Untuk Indonesia Sejahtera

80

Oleh: Argia Fadillah

Bumi Siliwangi, isolapos.com

“Peradaban akan  menjadi baik manakala kita memperhatikan keluarga,” ujar Is Budi Widuri, anggota komisi 5 Bidang Kesejahteraan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Jawa Barat dalam acara seminar nasional Diesnatalis ke-49 Departemen Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK) UPI di Gedung Achmad Sanusi, Sabtu (03/09).

Senada dengan Is, Ani Rukmini, aktivis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Jawa Barat, menekankan pentingnya peran keluarga dalam mengatasi berbagai masalah yang muncul di kehidupan masyarakat. Pasalnya, masalah-masalah yang terjadi di masyarakat seringkali mengkambinghitamkan keluarga sebagai penyebab utama. “Keluarga dijadikan kambing hitam atas kasus yang ada,” tegas Ani.

Ani juga menuturkan, adanya masalah yang menuding keluarga menjadi penyebab utama, menunjukkan orang sebetulnya tahu peran dan pentingnya keluarga dalam kehidupan. “Hikmahnya, berarti orang tahu penting dan perannya keluarga,” tutur Ani. Menurutnya, hal ini dapat diatasi dengan membentuk ketahanan keluarga yang memiliki imunitas yang baik, kesiapan menahan gempuran, serta memberikan kontribusi hal-hal positif di masyarakat. “Keluarga yang memiliki ketahanan, akan menjadikan keluarga yang sejahtera,” ujarnya.

Ani menambahkan, keluarga sejahtera dapat dicapai dengan melakukan pemberdayaan keluarga, salah satunya melalui jalur pendidikan, yaitu dengan pemberian keterampilan dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik yang diberikan orangtua kepada anaknya. “Pendidikan keluarga masuk dalam pendidikan informal,” paparnya.

Perlunya kerja sama semua pihak, menjadi hal yang penting untuk membangun keluarga sejahtera. “Nggak bisa dilakukan mungkin oleh BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional,-red) saja atau Jawa Barat saja juga nggak bisa. Butuh dukungan dari semua elemen masyarakat,” tegas Ani.

Is Budi Widuri menambahkan bahwa tidak ada kata sulit dalam membentuk keluarga sejahtera, tapi semua itu kembali lagi pada manusia yang memandangnya. “Tidak ada yang susah kalau kita ingin belajar,” pungkas Is. []

Redaktur:

Nurul Yunita

Comments

comments