Mempertahankan Kesatuan Negara Melalui Pendidikan Literasi
Oleh: Rio Tirtayasa
Bumi Siliwangi, isolapos.com- Dalam kegiatan Seminar Nasional BEM HMD Adpend yang dilaksanakan pada hari selasa (30/10) dipresentasikan delapan dari dua belas makalah. Hikmat Zakky Almubaroq, salah satu pemakalah mempresentasikan makalahnya mengenai kepemimpinan pendidikan era 4.0. Makalah Zakky mengangkat tentang hal yang mendukung ketahanan nasional.
Menurut Zakky, penduduk Indonesia akan menghadapi tantangan besar apabila tidak dibantu dengan perencanaan pendidikan yang tepat bagi generasi penerus. Karena Indonesia merupakan negara dengan kepulauan terbesar, kurang lebih sekitar 17.000 pulau ada di bumi nusantara. Selain itu, Indonesia juga sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia.
Pada presentasi makalah tersebut, Zakky menyinggung masalah minimnya pendidikan literasi di Indonesia. Apalagi saat ini Indonesia berada pada peringkat 60 dari 61 negara di dunia. Salah satu masalah akibat minimnya literasi adalah perpecahaan yang terjadi di Indonesia.
“Orang yang sering membaca, maka dia akan sering melakukan check and recheck terhadap suatu informasi. Tidak akan mudah terpengaruh oleh berita-berita yang bersifat selentingan atau hoax,” kata Zakky saat dihubungi isolapos.
Bagi Zakky, literasi merupakan kualitas atau kemampuan melek huruf atau aksara yang di dalamnya meliputi kemampuan membaca dan menulis. Selain itu, literasi juga mengandung pengertian sumber informasi yang dapat dipercaya. Menurutnya, semakin sering membaca, melihat, atau mendengar informasi, maka akan semakin tahu suatu peristiwa.
“Dengan semakin tahu artinya kita semakin paham akan satu peristiwa, dengan kita menjadi paham, maka kita tidak akan salah paham,” tambah pemakalah tersebut.
Saat isolapos menyinggung masalah perpecahan yang terjadi akibat doktrin agama ataupun paham ideologi. Zakky mengatakan bahwa semua ajaran agama menghendaki wujud kebaikan di masyarakat dan menentang semua bentuk kezaliman.
Zakky menjelaskan bahwa pancasila tercipta dari bawah, bukan diciptakan oleh keinginan kekuasaan. Pancasila merupakan hasil rumusan semua agama, akademisi, politisi dan negarawan. Berbeda dengan fondasi negara di India contohnya yang dibentuk atau diciptakan atas dasar kekuasaan.
“India terpecah dengan Pakistan karena perbedaan agama, lalu Pakistan terpecah lagi dengan Bangladesh karena perbedaan suku. Itulah akibat fondasi negara yang tidak kuat yang diciptakan oleh kekuasaan bukan hasil musyawarah masyarakat,” tambahnya.
Terakhir, Zakky mengajak semua umat beragama mengkaji ajaran agamanya secara benar dan kritis, tidak terjebak pada persoalan-persoalan yang formalistik dan bersifat simbol belaka. Sementara substansi ajarannya yang penuh perhatian terhadap persoalan kemanusiaan dan akhlak karimah, seperti keadilan, kejujuran dan kedermawanan terabaikan.[]
Redaktur: Muhammad Zaki Annasyath