Menjemput Kinerja Suci BEM REMA UPI
Oleh: Engkos Koswara*
*Mahasiswa Departemen Pendidikan Sejarah UPI 2013
Mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan tanggung jawab yang dipikul oleh seluruh warga negara Indonesia, terutama kalangan mahasiswa yang mempunyai langkah lebih panjang dibandingkan kalangan masyarakat lainnya. Hal ini dikarenakan mahasiswa merupakan kalangan yang mendapat pembelajaran di perguruan tinggi yang menjadi pusat pendidikan. Dimana kita tahu jika mahasiswa adalah golongan menengah atau sebut saja golongan intelektual yang menjadi penyambung lidah antara rakyat dengan penguasa.
Proses perubahan dari siswa menjadi mahasiswa bukan hanya diartikan secara gramatikal, namun dapat diartikan secara sosial. Lingkungan sekolah dan perguruan tinggi tentu berbeda dalam segala hal, terutama pada ranah organisasi. Merujuk pada universitas yang berspesifikasi pendidikan yaitu Universitas Pendidikan Indonesia, terdapat lingkup organisasi mahasiswa tingkat universitas yang dikenal dengan Badan Eksekutif Mahasiswa Republik Mahasiswa UPI (BEM REMA UPI) yang mempunyai tujuan suci untuk menghidupkan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Tri Dharma Perguruan Tinggi mencakup tiga aspek penting yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian. Ketiga aspek tersebut mesti dihidupkan dalam setiap tindakan oleh BEM REMA UPI, karena khittah dari kinerja organisasi yaitu Tri Dharma Perguruan Tinggi. Terdapat beberapa hal yang mesti dikembangkan di BEM REMA UPI untuk menghidupkan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu: meningkatkan mutu pendidikan baik yang berada di ranah kampus maupun diluar kampus, menghidupkan gairah penelitian bagi seluruh mahasiswa dan lebih mendekatkan diri pada masyarakat dalam berbagai bidang.
Peningkatan mutu pendidikan diranah kampus harus mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor. BEM REMA UPI harus hadir untuk meningkatkan daya nalar mahasiswa (kognitif) dalam permasalahan kampus maupun diluar kampus, rasa saling memiliki (sense of belonging) perlu dihidupkan kembali di setiap mahasiswa dan membunuh segala aspek indvidualistis yang egois, serta hadir pada masyarakat untuk senantiasa membantu segala aspek kehidupan masyarakat.
Kinerja BEM REMA UPI harus tetap konsisten untuk mencerminkan Tri Dharma Perguruan Tinggi, agar jati diri mahasiswa tidak hilang atau bahkan lenyap ditelan unsur-unsur politik praktis yang mulai merasuki setiap sendi kehidupan mahasiswa. Aktivis kampus dan para organisatoris tentu harus melihat jika pengabdian kepada masyarakat adalah pembuktian sesungguhnya dari tugas suci seorang mahasiswa. Tidak cukup di kampus saja kita mengabdi, tetapi kepada masyarakat dan rakyarlah kita seharusnya memberikan kerja nyata, tidak hanya terjebak dalam tataran wacana.
BEM REMA UPI sebagai representasi dari organisasi kemahasiswaan (ormawa) tertinggi dalam penentuan kebijakan organisasi mahasiswa di kampus. Menurut hemat saya sudah sepantasnya dimiliki oleh semua kalangan. BEM REMA UPI bukan hanya milik para aktivis, bukan hanya milik para organisatoris, bukan pula milik mereka yang berkutat dengan tugas akademik. Tetapi, BEM REMA UPI adalah milik semua mahasiswa UPI, yang terdiri dari delapan fakultas dan lima kampus daerah.
BEM REMA UPI sudah seharusnya menjadi milik bersama, bahkan kinerjanya harus sampai menyentuh para mahasiswa yang memilih tidak berorganisasi sekali pun. Karena pada dasarnya setiap apa yang menjadi tujuan suci dari pada BEM REMA UPI haruslah terasa manfaatnya sampai ke mahasiswa pada umumnya. Saya yang datang dari kalangan mahasiswa biasa, percaya jika BEM REMA UPI akan menunjukan progresifitas jika benar-benar didukung dan dimiliki oleh semua elemen mahasiswa.
Memang benar jika mahasiswa UPI adalah kalangan yang heterogen, memiliki latar belakang yang bebeda satu sama lain. Mulai dari daerah asal, jurusan, fakultas, dan lainnya. Tetapi dari perbedaan-perbedaan itu seharusnya kita sadari jika ada kepentingan bersama dan ada musuh bersama dari setiap mahasiswa UPI. Kita sudah sepantasnya memiliki kepentingan bersama untuk berprestasi dan mengisi ruang-ruang kosong kemerdekaan dengan karya, ekpresi jiwa, dan kerja nyata. Disisi lain kita juga harus sadar jika musuh bersama kita adalah ketidakadilan, kesewenang-wenangan, dan penindasan.
Cara supaya BEM REMA UPI bisa dirasakan manfaatnya oleh semua kalangan adalah dengan menjadikan BEM REMA UPI sebagai wadah pengembangan kompetensi dan karir bagi para mahasiswa UPI. Dimana mahasiswa UPI sendiri kita tahu secara background pendidikannya terdiri atas mahasiswa pendidikan dan mahasiswa non-pendidikan. Akan sangat prestisius jika BEM REMA UPI mampu memberikan akses akan beasiswa yang lebih luas bagi mahasiswa UPI, memberkan akses channel pengembangan karir, dan pendampingan kompetensi sebagai calon-calon pendidik dan professional. Dengan begitu rasa memiliki (sense of belonging) mahasiswa UPI terhadap BEM REMA akan tercipta, dan supporting system akan terbentuk atas dasar kemanfaatan yang dirasakan sampai ke grass root.
Kemudian untuk menghadirkan BEM REMA UPI yang professional, sudah seharusnya jika pengurus BEM REMA UPI adalah kader-kader terpilih, yang kualitas dan kapasitasnya sudah terasah mulai dari level Himpunan Mahasiswa Jurusan, BEM Fakultas bagi yang memilikinya, dan sampai ke BEM REMA adalah merupakan kader terbaik. Sehingga pemantapan jenjang perkaderan di REMA UPI adalah harga mati.
Oleh karena itu BEM REMA UPI sudah saatnya fokus untuk konsisten memperjuangkan kepentingan mahasiswa pada umumnya, melawan setiap ketidakadilan. Dengan berlandaskan pada Tri Dharma Perguruan Tinggi, kita semua harus yakin bahwa pendidikan adalah cara terbaik mencerdaskan bangsa, mengusahakan penelitian menjadi tonggak dasar dalam segala tindakan mahasiswa dan menyampaikan segala kemampuan mahasiswa untuk senantiasa ditujukan pada kepentingan masyarakat.
Tulisan ini sepenuhnya tanggung jawab penulis yang bersangkutan, bukan tim redaksi.