Seleksi Tahap Kedua PKM UPI 2025 Tuai Polemik
Oleh: Naufal Febriyan & Gian Fajar
Bumi Siliwangi, Isolapos.com– Pengumuman hasil seleksi tahap kedua Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang dirilis oleh tim pengelola PKM Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) pada Senin (26/05), memicu polemik di kalangan mahasiswa peserta dan dosen pembimbing. Kontroversi muncul akibat adanya ketidaktahuan sebagian besar pihak terhadap mekanisme seleksi tambahan yang berdampak pada eliminasi sejumlah tim.
Pada seleksi PKM tahap pertama tingkat universitas (19/05), UPI telah meloloskan 291 tim PKM bidang eksakta. Ditandai dengan keterangan “Lolos ke Tingkat Nasional” di akun PKM mahasiswa. Namun, seminggu kemudian, tim pengelola PKM internal UPI mengadakan seleksi tahap kedua dan mengeliminasi 51 tim. Seleksi ini dilakukan karena kuota proposal yang diajukan untuk UPI oleh Pusat Prestasi Nasional (Puspresnas) dibatasi 240 tim.
Pelaksanaan seleksi tahap kedua dinilai kurang informatif oleh berbagai pihak. Sebagian besar mahasiswa dan dosen pembimbing tidak mengetahui adanya seleksi lanjutan tersebut. Mereka beranggapan bahwa setelah dinyatakan lolos pada seleksi tahap pertama, proposal sudah dapat diunggah pada Sistem Informasi Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Simbelmawa) untuk melaju ke tingkat nasional. Namun, ternyata masih terdapat proses seleksi tambahan.
Salah satu dosen pembimbing PKM dari Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS), RAH, mengaku tidak mengetahui adanya seleksi tahap kedua setelah penyesuaian proposal dengan pedoman PKM terbaru, “…sementara tidak diberitahu kalau upload ulang ke sana itu untuk seleksi kedua, hanya diminta untuk upload ulang lagi aja kayak gitu kan” ujarnya. Ia menilai bahwa miskomunikasi ini dapat menurunkan motivasi mahasiswa UPI untuk mengikuti PKM pada tahun berikutnya. Situasi serupa, menurutnya, pernah terjadi pada tahun 2022 dan memicu adanya somasi dari sejumlah mahasiswa. Salah satu penyebab simpang siur informasi, menurutnya adalah keberadaan grup komunikasi PKM lain di platform Telegram yang belum diakses seluruh peserta, “Teman-teman dari mahasiswa yang bilang kesenjangan informasi, ya itu benar kayak gitu kan” tegasnya.
Banyak mahasiswa mengaku tidak mengetahui adanya grup Telegram yang disediakan oleh pengelola “…kayak benar-benar yang tau grup itu kayaknya cuman segelintir orang, dan mungkin salah satu penyebabnya juga karena banyak orang yang baru join gitu” ujar Ananta Irawan, salah satu mahasiswa peserta PKM.
Indra M. Gandidi, dosen pembimbing PKM dari Fakultas Pendidikan Teknologi dan Industri (FPTI), menilai proses seleksi ini minim transparansi dan rawan bias. “Kalau seleksi ini benar-benar fair, mestinya tidak menimbulkan kecurigaan. Tapi sekarang seleksinya seperti silent movement. Mahasiswa yang tidak tahu mekanismenya tiba-tiba dicoret,” kritiknya.
Tim Isolapos telah berupaya menghubungi pihak pengelola PKM UPI untuk memperoleh keterangan secara langsung, tapi hingga berita ini diterbitkan, belum ada respons dari pihak terkait. Namun, berdasarkan informasi yang diterima, terdapat klarifikasi dari salah satu pengelola PKM UPI yang disampaikan melalui grup WhatsApp “PKM Lolos 2025”.
Dalam grup tersebut, pengelola PKM UPI menyampaikan permohonan maaf atas miskomunikasi yang terjadi. Ia menjelaskan bahwa seleksi tahap kedua merupakan dampak dari kebijakan kementerian terkait kuota pendanaan serta keterbatasan waktu pelaksanaan. Ia juga mengklarifikasi bahwa sosialisasi sebenarnya telah dilakukan UPI sejak tahap seleksi tingkat fakultas, universitas, hingga saat pengumuman keluarnya panduan PKM 2025. Ia berasumsi bahwa seluruh peserta dan dosen pembimbing telah mengikuti proses sejak awal dan tergabung dalam grup Telegram resmi. Permintaan maaf tersebut disampaikan dengan penekanan bahwa terdapat faktor lain di luar skenario yang telah dirancang oleh pihak UPI.
Saran dari Dosen Pembimbing untuk Penyelenggaraan PKM internal
Terkait masalah pelaksanaan seleksi tahap kedua, RAH memberikan saran agar jumlah proposal yang diloloskan disesuaikan dengan perkiraan kuota paling kecil jika belum pasti. Dengan begitu, jika memang diperlukan seleksi tahap kedua, pengelola PKM tidak perlu mengeliminasi tim yang sudah dinyatakan lolos, “Jadi mendingan seleksi yang bener-bener bagus dulu, umumin kalau ternyata kuota kita lebih, masih punya, ambil tuh yang kemarin belum ke seleksi lolosnya. Bahwasanya ada kesempatan kedua” ujarnya.
Ia menambahkan jika tetap mengadopsi cara seperti saat ini, hal itu hanya akan membuat mahasiswa merasa dikecewakan. Ia juga mengusulkan agar penyusunan proposal tidak dilakukan bersamaan dengan Ujian Akhir Semester (UAS). “Perlu dilihat kultur akademik di UPI seperti apa. Sesuaikan timelinenya, supaya tidak membuat mahasiswa stres,” tambahnya.
Indra M. Gandidi menambahkan pentingnya peningkatan kompetensi reviewer dalam seleksi internal. Ia menekankan bahwa reviewer harus memiliki rekam jejak riset yang kuat agar dapat menilai proposal secara tepat, terutama dalam hal kebaruan (novelty). “Kalau dia tidak pernah riset, bagaimana bisa menilai novelty? Padahal kunci utama PKM yang tembus PIMNAS adalah novelty,” jelasnya. Ia juga meminta adanya transparansi sistem penilaian yang digunakan oleh pihak pengelola. []
Redaktur: Sennita Tya Divany