Mahasiswa UPI Gagas “G-LogSys”: Ubah Limbah Jadi Energi Bersih untuk Logistik Hijau

53

Indonesia menghasilkan lebih dari 40 juta ton sampah per tahun dan mencatat 149 juta ton emisi karbon dari sektor transportasi. Di tengah ancaman polusi udara dan perubahan iklim, sekelompok mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) menawarkan jawaban melalui Green Logistic System (G-LogSys)—gagasan logistik hijau berbasis circular economy yang memanfaatkan limbah sebagai sumber energi bersih.

Data Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah (2024) menunjukkan Indonesia menumpuk 40,8 juta ton sampah setiap tahun. Pada saat yang sama, basis data EDGAR mencatat emisi karbon sektor transportasi mencapai 149 juta ton, atau 2,27 persen dari total emisi global. Kombinasi ini memicu masalah serius: udara tercemar, ekosistem terganggu, dan perubahan iklim kian cepat. Transportasi barang—tulang punggung perekonomian nasional—menjadi penyumbang signifikan emisi. Ironisnya, aktivitas vital ini justru memperparah kondisi udara yang sudah kritis.

G-LogSys hadir sebagai sistem logistik hijau berbasis circular logistic. Konsepnya mengubah limbah organik maupun anorganik menjadi energi listrik melalui teknologi gasifikasi plasma. Proses ini memecah sampah pada suhu hingga 5.000°C tanpa pembakaran langsung, menghasilkan syngas sebagai bahan bakar bersih. Energi yang dihasilkan dialirkan untuk mengoperasikan kendaraan listrik dan gudang beremisi rendah, menargetkan rantai logistik bebas ketergantungan energi fosil.

Gagasan ini diwujudkan dalam tiga komponen utama. Green Warehouse menjadi pusat proses, terdiri dari Rubanah—area semi-bawah tanah untuk pengisian daya truk dan motor listrik, Lantai Pertama yang menampung reaktor gasifikasi plasma, serta Green Rooftop dengan panel surya sebagai sumber energi tambahan. RecyHub berperan sebagai titik pengumpulan limbah berbasis digital, di mana pengguna memindai QR Code melalui G-LogApp untuk menimbang sampah, memperoleh poin, dan memantau kontribusi lingkungan. Aplikasi G-LogApp sendiri dilengkapi fitur EcoScan, TrashScan, dan SmartRoute yang memudahkan pengguna menukar poin, sementara petugas logistik mendapat rute pengiriman optimal.

Program ini dirancang dalam tiga fase: pembangunan kawasan percontohan yang mengintegrasikan Green Warehouse dan RecyHub pada skala kampus atau kota kecil, ekspansi teknologi lokal sesuai ketersediaan infrastruktur daerah, dan integrasi kebijakan bersama pemerintah untuk pengelolaan limbah serta transportasi hijau. Dampak yang diharapkan meliputi pengurangan emisi CO?, penurunan volume sampah, dan penghematan energi fosil. Di sisi sosial, G-LogSys menciptakan lapangan kerja hijau, memberdayakan komunitas daur ulang, dan meningkatkan kesadaran masyarakat, sekaligus menekan biaya logistik dan mendorong inovasi energi terbarukan.

Kami ingin menunjukkan bahwa sampah bukan akhir, melainkan awal dari energi bersih,” ujar perwakilan tim G-LogSys. Dosen pembimbing menambahkan bahwa teknologi gasifikasi plasma telah tersedia dan dapat diterapkan di Indonesia dengan adaptasi lokal. Melalui G-LogSys, mahasiswa UPI membuktikan bahwa generasi muda mampu menghadirkan solusi inovatif bagi tantangan lingkungan. Dengan dukungan berbagai pihak—pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat—Indonesia dapat bergerak menuju logistik berkelanjutan yang menyehatkan bumi sekaligus menggerakkan roda perekonomian

You might also like