Berawal dari Membaca

102

Bumi Siliwangi, isolapos.com-

“Justru karena saya tidak boleh menjadi wartawan, saya menjadi novelis, sebagai jalan lain untuk menulis,” kata Ayu Utami dalam seminar Lego Ergo Scio (saya baca maka saya tahu) di Amphiteater Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Rabu (15/5). Wanita kelahiran Bogor itu, menceritakan sebelum menjadi novelis, ia adalah seorang wartawan idealis. “Tepatnya tahun 1994 saya menjadi wartawan. Waktu itu saya melawan rezim militer,” ujarnya.

Saat itu, lanjut Ayu, terjadi sensor yang besar terhadap media. Ia mengatakan, setiap media yang dianggap berbahaya bisa dibredel, bahkan tidak boleh beroperasi lagi. Ayu yang tidak bisa bersuara lewat media, akhirnya menuangkan kritikannya dalam novel-novel yang berjudul Saman dan Larung. Ia menilai, cukup berani menerbitkan novel itu di zaman Soeharto tanpa sedikit pun sensor. “Sepuluh hari setelah novel terbit, Soeharto turun dari jabatannya sebagai presiden Republik Indonesia ke dua. Ini mengejutkan saya waktu itu,” kata Ayu.

Selama 15 tahun ini, banyak karya-karyanya yang menjadi best seller di Indonesia. Selain Saman dan Larung, ada Cerita Cinta Enrico, Si Parasit Lajang, Pengakuan Eks Parasit Lajang dan lainnya. Ia mengatakan, kegemarannya menulis dimulai dari membaca. “Saya baca maka saya tahu, itu akan terus berlanjut, karena semakin sering membaca ternyata banyak yang enggak tahu,” ucapnya.

Bukan hanya dalam dunia tulis menulis saja. Produser kawakan Mira Lesmana mengatakan bahwa dalam dunia film pun membaca merupakan hal paling utama. Dari membaca muncul gagasan-gagasan yang ditulis menjadi skenario, baru dibuat menjadi film. “Saya dari kecil paling suka membaca. Favorit saya itu komik, sampai sekarang,” tutur Mira.

Mira mengawali karirnya di tahun 90-an dengan mengeluarkan film Kuldesak. Saat itu, ia ingin menghidupkan kembali perfilman Indonesia yang sedang didominasi film Bollywood. “Kuldesak itu menyatakan kami siap menghidupkan kembali perfilman Indonesia. Kalau Petualangan Sherina, melanjutkan film anak-anak yang sempat terputus sejarahnya,” jelas Mira.

Produser Film Gie itu menuturkan, saat ini dirinya sedang menggarap film tentang silat Indonesia. Film ini, lanjutnya, merupakan adaptasi dari novel Sekolah Rimba karya Butet Manurung. Ia merasa tertarik untuk menjadikannya film setelah membaca novel itu. “Jadi kembali lagi ke baca,” tutup Mira. [Melly A. Puspita].

Comments

comments