Perjuangan Mencari Identitas

69
Cover buk

Judul buku                  : Burung Terbang di Kelam Malam

Penulis                         : Arafat Nur

Cetakan ke-1               : Februari 2014

Penerbit                       : PT. Bentang Pustaka

Tebal                           : 376 Halaman

Sulitnya  hidup pada zaman paska perang sangatlah dirasakan oleh masyarakat sekitar Kota Lamlhok. Hal tersebut dialami juga oleh seorang wartawan dari Lamlhok, Faiz. Peliputan dan wawancara kepada narasumber dia lakukan walau terkadang isi berita tersebut bertentangan dengan hati nuraninya. Namun, rutinitas tersebut ia lakukan karena sulitnya mencari pekerjaan di tempat yang baru mengibarkan bendera putihnya tersebut.

Suatu hari, Faiz diajak oleh seorang teman seprofesinya bernama Burman untuk ikut serta dalam meliput open house yang diadakan oleh seorang calon kandidat walikota terkuat untuk pemilihan umum kepala daerah, Tuan Beransyah. Beliau dengan pencitraannya mampu mengumpulkan massa yang banyak, entah karena maksud ingin menginginkan bingkisan salam tempel ataupun meminta bagi hasil jika telah terpilih nanti. Oleh karenanya, Faiz merasa geram apa yang telah dilakukan oleh calon pemimpin kota yang sedang terpuruk ini, dan bagaimana nasib kotanya ke depan. Namun karena kekuasaan yang dimiliki sang penguasa, Faiz hanya diam ketika diminta oleh Tuan Beransyah untuk mewawancarainya mengenai program kerja yang akan dikerjakannya ketika dia menjabat, namun akhirnya Faiz melakukan apa yang diperintahkan media tempat Faiz bekerja.

Pencarian data dan fakta itu pun dijadikan data untuk novelnya. Berawal sejak Faiz ingin membeberkan seberapa banyak istri simpanan Tuan Beransyah karena seperti informasi yang sering ia dapatkan dari wartawan bahwa Tuan beransyah memiliki istri lebih lima belas orang. Satu per satu wanita tersebut didatanginya untuk mendapatkan informasi. Namun semuanya mengalami nasib yang sama yakni, habis manis sepah dibuang, tapi wanita-wanita tersebut diberikan usaha unuk dikelola sehingga dapat melanjutkan hidupnya tanpa perlu tiap bulan dikirimi uang oleh suaminya. Perjalanan menapaki jejak-jekjak istri Tuan Beransyah sangatlah berat, Faiz sering sekali tergoda akan nikmatnya duniawi bersama beberapa wanita Tuan Beransyah.

Begitulah cerita dalam novel ini; begitu mengalir dan tidak dibuat-buat. Ceritanya lebih menyinggung kepada pemerintahan saat ini, mulai dari penguasa yang memiliki istri simpanan maupun penggelapan dana, dan ada juga wartawan yang menerima amplop dari sang penguasa tersebut demi mengamankan posisinya agar tidak diusik oleh para pengawasan.

Semua bahasa ada kalanya menyindir sebagai opini dari penulis melalui tokoh utama. Seperti dalam kutipan ini “Indonesia hanya angan-angan, negara rusak yang dicacah penjajah. Tidak ada bedanya dengan dulu dan saat merdeka sekarang. Kalaupun dikatakan nyata, negara ini tidak lain dari bentukboneka mainan para pemimpin yang dipermaikan oleh negara lain. Penghuninya pun bodoh-bodoh. Dipimpin oleh para bandit yang setiap harinya menyusun rencana-rencana perampasan terhadap uang rakyat yang hidupnya sudah melarat”

Meskipun, novel ini masih menggantung, tapi novel ini banyak mengajarkan pembaca bahwa hidup itu banyak godaannya bagi orang yang ingin berada di jalan yang lurus. Selamat membaca!    [Restu Putri Sujiwo] 

Comments

comments