Milea: Dilanku Tahun 1991
Judul Buku : Dilan Bagian Kedua: Dia adalah Dilanku Tahun 1991
Penulis : Pidi Baiq
Cetakan : Pertama, Juli 2015
Penerbit : PT. Mizan Pustaka
Tebal : 344 hlm
Bila telah berstatus ‘pacaran’ maka pasangan itu tak hanya memikirkan hal-hal berbau romantis saja namun lebih rumit. Seperti yang tengah terjadi pada pasangan Milea dan Dilan di tahun 1991. Buku ini diawali dengan kisah -yang kalian tahu jika telah membaca buku pertamanya- yang diakhiri saat Dilan membuat surat perjanjian pacaran di bawah materai, dan tentu saja hal ini membuat Milea kagum akan kejutan-kejutan yang diberikan Dilan kepadanya. Hari demi hari dilalui keduanya dengan keromantisan dan kehumoran Dilan yang selalu mewarnai hari-hari Milea yang membuatnya tak bisa berhenti untuk merindukan sosok Dilan.
Namun kehidupan tak selalu bahagia, berbagai masalah yang berat datang menghampiri mereka. Berawal dari Anhar yang menampar Milea dan Dilan bak super hero datang menyelamatkan Milea dengan mendaratkan pukulan pada Anhar. Semua tak akan jadi masalah bila Dilan tidak dalam keadaan skorsing oleh pihak sekolah. Ini yang membuat Milea tambah khawatir. Namun Dilan tetap berusaha meyakinkan Milea bahwa ini akan baik-baik saja.
Selang beberapa hari kemudian, sekelompok orang dewasa, Dilan menyebutnya Agen C. I. A., datang mengeroyok Dilan, yang diketahui salah satu dari mereka itu adalah kakaknya Anhar. Dilan pun tak dapat berkutik, dengan wajah penuh lebam habis dikeroyok sekelompok orang tak dikenalnya barusan. Milea semakin cemas ditambah kondisi Dilan. Ia pun mengantarkan Dilan ke rumah sakit. Di sini percakapan Dilan dan Milea begitu lucu terutama kata yang diucapkan Dilan menjadikan Milea tidak terlalu mengkhawatirkannya lagi.
Hari pembalasan Dilan pun datang, Dilan bersama gengnya menghapiri Agen C. I. A. Namun belum sempat mereka berangkat dari tempat perkumpulannya, Milea datang ke tempat Dilan berada pada malam itu, lalu Milea melarang Dilan pergi. “Kalau kamu tetap nyerang, aku sudah bilang ke kamu: kita putus,” ancam Milea. Tapi hal itu tak menyurutkan dendam Dilan. Hingga esoknya Dilan dibui selama seminggu atas perintah ayahnya yang ingin Dilan jera.
Tersiksa rindu karena tidak bertemu Dilan selama seminggu. Mileapun luluh dan memberikan kesempatan kedua kepada Dilan bahwa ini yang terakhir saat Dilan sudah menghirup udara bebas. Permintaan Milea tetap sama ‘ingin Dilan keluar dari geng motornya’. Dilan senang atas kesempatan kedua, namun tidak untuk keluar dari gengnya. Itu membuat Milea semakin khawatir bagaimana status Dilan di sekolah, setelah semua ini. Semoga tidak terjadi apapun. Semua akan baik-baik saja.
Nyatanya tidak, Dilan dimutasi ke sekolah lain alias dikeluarkan. Milea sedih karena pisah sekolah dengan Dilan. Namun nyatanya itu tidak membuat frekuensi pertemuan mereka menurun. Dilan selalu datang untuk menjemput Milea selepas sekolah, kadang nongkrong bareng dulu di warung Bi Eem atau mampir dulu ke tempat lainnya. Senang sekali Milea duduk dibonceng Dilan sambil membelah jalanan daerah Buah Batu yang masih lenggang.
Diantara cerita senang dan duka di tahun 1991, Milea dan Dilan kehilangan temannya, Akew. Padahal baru kemarin mereka merayakan pergantian tahun bersama. Katanya dikeroyok geng motor lain. Hal ini membuat Milea selain sedih karena kehilangan teman sekaligus takut jika Dilan seperti itu, konon Dilan pernah koma selama satu hari karena digebukin orang. “Aku ngga suka kamu ikut-ikutan geng motor,” kata Milea bernada tinggi meski dengan volume rendah pada Dilan.
Seberapa kuat keduanya bertahan, hubungan mereka berakhir putus, pisah karena kesokan harinya Dilan dibui akibat mengeroyok orang yang dianggapnya bertanggung jawab atas menginggalnya Akew bersama teman satu gengnya. Semenjak itu, Milea tidak ingin berhubungan dengan Dilan lagi, walau hatinya selalu merindukannya dan menyayanginya. Kalian mungkin tidak tahu mengapa Milea melakukan itu.
Cerita yang menarik dan dekat dengan kehidupan remaja dan dapat menggambarkan bagaimana menyenangkannya masa muda yang menggebu-gebu. Namun sayangnya, buku jilid dua kurang begitu mengundang tawa sebab pada dasarnya jilid dua ini serius dan fokus pada hubungan Dilan-Milea dibandingkan buku pertama yang lebih menceritakan bagaimana keduanya bisa dekat. Sosok Dilan yang menyenangkan yang dibangun di buku jilid satu hilang, di jilid dua Dilan lebih digambarkan pada karakter yang mudah emosi. Tapi dialog yang tercipta dari buku ini begitu dekat dengan pembaca, sehingga merasa tidak ada jarak antara cerita novel dan pembaca. Dialog yang singkat ini lebih ringan dipahami apalagi untuk remaja. Buku ini dapat dinikmati dengan santai namun perasaan pembaca akan tetap melebur dengan cerita yang disajikan. [Restu Puteri Sujiwo]