Dewandaru
Penulis : Okky Madasari
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tebal halaman : 288 hlm ; 20 cm
Tahun terbit : April 2010
Marni dan Rahayu, dua orang yang terikat darah namun menjadi orang asing bagi satu sama lain selama bertahun-tahun. Bagi Marni, Rahayu adalah manusia tak ada jiwa. Bagi Rahayu,Marni adalah pendosa, keduanya hidup dalam pemikiran masing-masing tanpa pernah ada titik temu. (Okky Madasari)
Tahukah anda dengan kata Entrok? Hal yang sangat asing ditelinga kita. Entrok berasal dari bahasa Jawa yang artinya Bra. Namun tidak semua orang jawa tahu dengan kata Entrok. Mereka lebih familiar dengan kata Bra atapun BH.
Entrok inilah yang sudah diimpikan oleh Marni. Seorang gadis muda yang sudah mulai tumbuh dewasa. Sehingga ia pun membutuhkan entrok untuk dipakaikan di payudaranya. Marni adalah anak miskin yang sehari-harinya membantu ibunya mengupas singkong di pasar. Namun karena tidak bisa menghasilkan uang dengan pekerjaannya sekarang, ia pun memutuskan untuk menjadi kuli pasar. Dengan kerja kerasnya ia pun memiliki uang untuk membeli entrok.
Setelah menjadi kuli, ia pun beralih menjadi pedagang sayur keliling, hingga menjadi penjual uang. Warga kampung biasa memnyebutnya rentenir atau lintah darat. Setelah ia punya anak. Ia tidak mengubah gaya hidupnya. Ia masih melakukan ritual dengan sesajen yang diajarkan nenek moyangnya secara turun temurun. Ia percaya mbah bumi ibu bapa, kuasa akan memberikan semua rezeki yang diminta dan memberikan kemakmuran juga keselamatan. Berlainan dengan anaknya yang pintar dan mengerti agama. Ia menyebut marni sebagai pendosa. Dan marni meyebut anaknya sebagai manusia tak ada jiwa, begitu seterusnya. Hingga anaknya tidak menyukai marni.
Kehidupan membawanya harus berpisah dengan anak semata wayangnya. Ia hidup di kampungnya dan anaknya pergi dan tinggal di Jogja. Dengan kekerasan yang terjadi di zamannya. Ada satu hal yang membuat mereka bersatu yaitu sama-sama membenci tentara, sosok yang menjadi penguasa yang sering berdalih untuk menegakan keamanan. Tentara itu senang melakukan pemerasan juga penyiksaan. Hanya uanglah yang mampu mendamaikan suasana.
Novel ini merupakan sastra Fiksi yang ditulis oleh Okky Madasari. Bertalar belakang kehidupan pada rezim Soeharto yang mewakili kehidupan pada masa lalu. Bercerita tentang perempuan, sosial, politik juga kepercayaan. Okky mampu menggambarkan secara mengalir bagaimana kekejaman pada zaman itu. Tentang penyiksaan jika ada yang melawan presidennya dan antek-anteknya, dengan kata lain adalah tentara, Pemilihan presiden yang seakan-akan demokratis, namum sesungguhnya tidaklah begitu. Lalu ketika masyarakat miskin berhadapan dengan senjata.
Narasi yang dihasilkan oleh penulis sangatlah kuat, sehingga pembaca tidak merasa bingung ketika mengikuti alurnya. Ada satu hal yan menarik dari novel ini, yaitu perpindahan sudut pandang pada setiap bab.
Meskipun begitu ada kekurangan dalam buku ini yaitu di awal cerita penulis terus menceritakan entrok yang sesuai dengan judul. Namun dari bagian tengah hingga akhir, ia tidak menyinggung tentang entrok kembali.
Ada pesan dan amanat yang bisa diambil, selain pengetahuan pada zaman itu. Tapi juga bahwa setiap orang perlulah kerja keras untuk memperoleh apa yang diinginkan. Selamat membaca, selamat berapresiasi !