Mengarung Arus Liar Jawa Barat
Jawa Barat, isolapos.com–
Diiringi musik dangdut tim Arung Jeram beserta 84 peserta Temu Wicara dan Kenal Medan (TWKM) XXIV 2012 berangkat menuju Desa Rajamandala Kecamatan Cipatat, Jawa Barat, Senin (15/10). Kegiatan Kenal Medan Arung Jeram yang diselenggarakan Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Pendidikan Indonesia (Mahacita UPI) ini merupakan serangkaian acara TWKM XXIV 2012.
Sungai Citarum menjadi sungai yang diarungi pertama kali dalam Kenal Medan Arung Jeram, Selasa (16/10). Pengarungan pertama di Sungai Citarum ini dibagi dua, yaitu pengarungan pendek yang dimulai dari Kebun Pembibitan Saguling hingga Jembatan Cibatu dan pengarungan panjang yang dimulai dari Kebun Pembibitan Saguling hingga perbatasan Cianjur.
Sungai terpanjang dan terbesar di Provinsi Jawa Barat ini merupakan salah satu sungai yang kondisi airnya selalu ada. “Salah satu sungai di Jawa Barat yang ada airnya terus ya Citarum”, jelas Koordinator Kenal Medan Arung Jeram, Yophi Diky Wahyudi. Warna sungai yang abu-abu menjadi ciri khas Sungai Citarum karena tercemar limbah dan belerang. “Di tempat inilah kami menjajal ketegangan arung jeram membelah arus air,” lanjutnya.
Perahu karet yang dipakai adalah jenis inflatable raft yang memang diperuntukkan melewati jeram dengan aman karena berisi udara yang dapat meredam benturan antara badan perahu dengan bebatuan jeram. Helm (pelindung kepala) dan life jacket (pelampung) pun tak lupa dipersiapkan sebelum mengarungi liarnya Sungai Citarum.
“Kiri mundur! Oke stop!” teriak skipper. Sekitar dua belas perahu dari tim Arung Jeram turun ke Sungai Citarum, benturan antara perahu pun tak terelakan dan setiap peserta harus bersiap untuk jatuh dan basah. Ikuti teriakan skipper dan bersiaplah mengayuh dayung maju atau mundur.
Seperti pada kegiatan petualangan lainnya, arung jeram tetap memiliki risiko dan bahaya. Oleh karena itu, dalam kegiatan Arung Jeram dibutuhkan skipper atau pemandu arung jeram. Seorang skipper haruslah orang yang sangat berpengalaman agar mengurangi bahaya dan risiko dalam pengarungan. “Dari 84 peserta hanya dua atau tiga orang yang bisa, tidak sesuai dengan data yang mereka tulis”, tutur Yophi.
***
Pengarungan kedua, panitia memilih Sungai Cimanuk Garut, Jawa Barat. Bis pun berangkat menuju Garut pada Selasa, (16/10). Pengarungan di Cimanuk dilaksanakan pada esok harinya, Rabu (17/10).
Sungai Cimanuk yang terletak di Kota Garut menjadi Sungai ke dua yang ditentukan panitia untuk diarungi. “Karakteristik Sungai Cimanuk yang lebih banyak batu dan pengarungannya pun panjang, sehingga diharapkan peserta lebih siap”, jelas Jaringan Komunikasi Kenal Medan TWKM XXIV 2012, Sabandiah Ahmad.
Karakteristik jeram Cimanuk yang lebih banyak batu dibandingkan Citarum tak ayal membuat beberapa perahu terjebak di jeram. Jika perahu sudah tidak dapat lolos dari jeram, tim rescue akan segera memberikan bantuannya.
Pengarungan sungai Cimanuk memakan waktu lebih lama dibanding pengarungan sungai Citarum. Pengarungan panjang di sungai Citarum memakan waktu dua jam, namun pengarungan sungai Cimanuk menghabiskan waktu pengarungan hingga lima jam.
Waktu tempuh yang lebih lama ini menambah keakraban antar peserta yang berasal dari berbagai daerah. Peserta dari Jakarta hingga Makasar saling berbagi pengalaman sembari menikmati liarnya sungai Cimanuk. “Diharapkan peserta KM (Kenal Medan-read) Arung Jeram ini menikmati pengarungan di Citarum dan Cimanuk,” tambah Diah saat di temui isolapos.com, Rabu (24/10). [Yuni Misdiantika]