Catatan Perjalanan: Lampung itu Ramah

385

Oleh: Ricky Yunia

*Mahasiswa Departemen Pendidikan Geografi angkatan 2016

Kuliah Kerja Lapangan (KKL) merupakan salah satu mata kuliah pada program studi Pendidikan Geografi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

Pelaksanaan KKL dilakukan pada semester 2 tahap 1, semester 4 tahap 2, dan semester  6 tahap 3 dengan perbedaan metode kajian dan tema penelitian. Telah banyak daerah yang menjadi lokasi KKL baik di wilayah Pulau Jawa, Sumatera hingga Nusa Tenggara Barat.

Rencana KKL

Pada semester ini, kami mahasiswa program studi Pendidikan Geografi UPI angkatan 2016 berencana akan melakukan KKL tahap 3.

Berlokasi di Kabupaten Lampung Selatan dan Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung. Untuk mendukung persiapan KKL, kami harus melakukan survey lokasi pada tanggal 24 Maret 2019 yang bertujuan untuk menyelesaikan alur birokrasi kepada pemerintah setempat dan dinas-dinas terkait.

Memulai Perjalanan

Kami memulai perjalanan pada pukul 20.00 berangkat dari tempat parkir Masjid Al-Furqan UPI menuju Pelabuhan Merak untuk menyeberang ke Pelabuhan Bakauheni Lampung. Mobil yang membawa kami melintasi jalan tol yang malam itu terasa lengang, namun kemacetan terjadi di ruas tol Cikampek, pembangunan infrastruktur di sekitar tol Cikampek menjadi penyebab kepadatan ini.

Pukul 2.30 kami tiba di Pelabuhan Merak dan selanjutnya memasuki kapal feri yang akan membawa kami menyebarang.

Setelah menunaikan solat subuh diatas kapal, saya begitu menikmati matahari terbit di Selat Sunda, hingga tidak terasa kapal feri telah merapatkan diri di dermaga Pelabuhan Bakauheni Lampung.

Perjalanan pun dilanjutkan menuju Kota Bandar Lampung, melewati jalan tol lintas Sumatera yang merupakan jalan tol yang baru dioperasikan dan diresmikan pada 8 Maret 2019 oleh Presiden Joko Widodo.

Sesampainya di Lampung

Perjalanan dari Bakauheni ke Kota Bandar Lampung ditempuh selama kurang lebih 1 jam 30 menit tetapi bukan Kota Bandar Lampung tujuan kami, melainkan Kabupaten Tanggamus.

Rute jalan menuju Kabupaten Tanggamus berkelak kelok dengan banyak tikungan tajam dan menanjak. Medan seperti ini begitu melelahkan dirasakan tapi kondisi jalan yang telah diaspal meringankan medan yang kami lalui.

Kami tiba di Kabupaten Tanggamus pukul 9.30 waktu setempat. Kami langsung menuju kantor Kecamatan Kota Agung Timur.

Setibanya di kantor kecamatan, kami disambut oleh Sekretaris Camat karena Camat sedang tidak ada di tempat. Bapak Hamzani menyambut kami dengan hangat, kami sampaikan maksud dan tujuan kami yaitu untuk menyelenggarakan kegiatan KKL di wilayah ini.

Kesan Istimewa

Ucap syukur alhamdulillah saya panjatkan, kami mendapatkan undangan dari ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Tanggamus.

Setibanya kami sampai di rumah dinas ketua DPRD Kabupaten Tanggamus, bapak Heri Agus Setiawan selaku ketua DPRD menyambut kami dengan hangat begitupun pejabat-pejabat setempat yang berada di rumah dinas.

Kami pun berbincang-bincang menjelaskan maksud dan tujuan kami. Sajian otak-otak khas Tanggamus dengan bumbu cuka dan kopi khas Lampung hangat menemani perbincangan kami.

Sekretaris Dewan Kabupaten Tanggamus bapak Suratman menjelaskan kondisi daerahnya.

“Tanggamus itu kabupaten yang sangat kaya tidak kalah juga dengan Bali yang terkenal. Kami punya potensi alam panas bumi, hutan yang luas, laut sebagai sumber sektor perikanan, hasil pertanian, hasil perkebunan khususnya buah durian dan kelapa terbesar di Kecamatan Limau, selain itu juga memiliki beberapa air terjun yang indah juga pantai-pantai,” jelasnya.

Namun dirinya menyayangkan sulitnya daerah ini berkembang karena beberapa hal, “Daerah kami kurang diekspos dan ada anggapan orang luar Lampung yang memandang bahwa Lampung itu kurang aman. Padahal dari tahun ke tahun Kabupaten Tanggamus terus melakukan perubahan mulai dari potensi yang telah dikelola, destinasi wisata telah tersedia, juga sektor keamanan yang baik. Karena pemerintah bersama kepolisian bekerjasama membangun pos di titik yang dianggap rawan.”

Sesudah perbincangan tadi, kami disajikan makanan khas Tanggamus yaitu cubik yang merupakan olahan ikan kembung yang dibakar dan diberik bumbu kuah dengan campuran santan kelapa.

Kepala Perjalanan Dewan Kabupaten Tanggamus yaitu bapak Eka memberikan saran dan arahan terkait lokasi-lokasi penelitian kami. Dengan bantuan data yang telah kami siapkan dari kampus, pak Eka memberikan jaminan keamanan dan kenyamanan kami selama KKL di wilayahnya ini.

Setelah itu kami melakukan izin birokrasi kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tanggamus yang masih berada dalam satu kawasan.

Setibanya di kantor BPBD Kabupaten Tanggamus, ibu Maryani selaku sekretaris BPBD Kabupaten Tanggamus menyambut kami yang sebelumnya telah diberitahu oleh pak Eka.

Selain bertemu ibu Maryani kami pun bertemu Kepala Bidang Kedaruratan Bencana yaitu pak Nugroho dan Kepala Bidang Kesiapsiagaan dan Pencegahan Bencana yaitu ibu Parsiyam.

Kami pun kembali menjelaskan maksud dan tujuan kami, selain itu kami pun bertanya tentang potensi kebencanaan di wilayah ini dan data-data terkait. Pihak BPBD pun bersedia memberikan pengarahan kepada mahasiswa namun untuk data kami diarahkan kepada Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Provinsi Lampung.

Sekitar pukul 15.00 waktu setempat, kami kembali menuju kantor Kecamatan Kota Agung Pusat untuk bertemu camat.

Camat Kota Agung Pusat yaitu bapak Syahrif menyambut kami sepulang dirinya mengadakan rapat bersama warga. Kami pun menyampaikan surat perizinan dan menjelaskan maksud dan tujuan kegiatan kami juga bertanya potensi kebencanaan yang pernah terjadi di wilayah ini.

Hari pun telah sore, sembari kembali ke Kota Bandar Lampung kami melakukan pengambilan titik koordinat (ploting area) di Desa Baros dan beberapa titik lainnya di wilayah Kecamatan Kota Agung Pusat hingga Kecamatan Kota Agung Barat.

Rencananya kami akan menginap di Hotel Whiz Prime Bandar Lampung karena esok hari kami akan melakukan survei di wilayah Bandar Lampung dan Kabupaten Lampung Selatan.

Kota Bandar Lampung

Esok harinya sesudah menyantap sarapan kami menuju Universitas Negeri Lampung (Unila), tujuan kami yaitu menyampaikan kerjasama dengan Program Studi Pendidikan Geografi Unila.

Kami disambut langsung ketua Program Studi Pendidikan Geografi Unila yaitu bapak Drs. I Gede Sugiyatna, M.Si. Rencananya pada pelaksanaan KKL nanti, kami ingin mengadakan seminar yang berlokasi di Unila. Hal itu pun disambut baik oleh Program Studi Pendidikan Geografi Unila.

Setelah foto bersama kami melanjutkan perjalanan menuju Dinas Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Provinsi Lampung.

Kedatangan kami ke Kesbangpol pun sama dengan kedatangan kami pada hari kemarin yaitu perizinan namun beberapa berkas kami tidak lengkap.

Selain Kesbangpol kami pun melakukan perizinan kepada pihak Kepolisian Daerah Lampung untuk meminta bantuan pengamanan kegiatan KKL di wilayah Provinsi Lampung.

Selanjutnya kami ke kantor BPBD Kota Bandar Lampung untuk meminta data-data terkait.

Setelah itu kami kembali ke kantor Kesbangpol untuk melengkapi berkas yang kurang lalu kami melanjutkan menuju kantor BMKG bagian Maritim di daerah Way Lunik.

Kami disambut oleh kepala bagian Maritim yaitu bapak Sugiyono, namun data yang kami butuhkan tidak tersedia, kami harus menuju kantor pusat BMKG Provinsi Lampung yang berlokasi di Kota Bumi. Kami hanya mendapatkan kontak kepala bagian kantor yaitu pak Anton.

Selanjutnya kami menuju Kabupaten Lampung Selatan dan kembali melewati jalan tol trans Sumatera kearah Kalianda. Tujuan kami selanjutnya adalah kantor BPBD Lampung Selatan untuk meminta data dan permohonan pemateri pada seminar yang akan dilakukan di Unila.

Daerah Terdampak Tsunami

Karena hari semakin sore kami pun pulang menyusuri wilayah pesisir Rajabasa, kami menyempatkan datang di dermaga pelabuhan Cantika untuk bertemu Komandan Divisi Militer (Dandim) wilayah ini yaitu pak Aris. Kami diberi informasi lokasi yang terdampak gelombang tsunami dan kondisi Pulau Sebuku dan Sebesi.

Terlihat jelas pemandangan Pulau Sebuku, Sebesi dan Gunung Anak Krakatau dari jalanan yang kami lalui.

Kerusakan yang cukup parah terjadi di Desa Kunjir, terlihat puing-puing kapal, rumah, pasar hingga masjid hancur berantakan akibat sapuan gelombang. Perasaan saya begitu sedih, gemetar dan takut melihat dampak tsunami ini yang menghabiskan pesisir Rajabasa.

Berdasarkan info dari lembaga terkait kondisi Gunung Anak Krakatau kini menurun status levelnya menjadi siaga 2. Hasil pemantauan kami cukup untuk mendapatkan mengenai informasi tingkat kerusakan desa-desa yang terdampak oleh tsunami.

Setelah menunaikan solat magrib kami langsung menuju Pelabuhan Bakauheni untuk kembali ke Pulau Jawa.

Penyeberangan kami kembali ke Pulau Jawa menggunakan kapal eksekutif dan hanya menempuh 1 jam penyeberangan. Fasilitas kapal ini dilengkapi kursi perseorangan dan ada pendingin udara.

Penyeberangan kami diisi dengan perbincangan mengenai hasil survei lapangan, hingga tak terasa kami telah sampai di Pelabuhan Merak dan langsung kembali ke Kota Bandung. []

Redaktur: Muhamad Abdul Azis

Comments

comments