Biaya kuliah Mahasiswa Bidik Misi Hanya Ditanggung 8 Semester
Bumi Siliwangi, isolapos.com-
“Mahasiswa Bidik Misi hanya ditanggung sampai delapan semester,” kata Koordinator Bidik Misi UPI, Asep Supriatna. Hal tersebut ia sampaikan dalam konsolidasi mahasiswa Bidik Misi angkatan 2010 terkait kejelasan tentang mahasiswa yang lulus lebih dari delapan semester di Gedung Direktorat Akademik UPI, Senin (20/1).
Dalam pedoman Bidik misi mahasiswa yang dinyatakan ditanggung adalah sejak mahasiswa calon mahasiswa dinyatakan diterima di perguruan tinggi selama delapan semester untuk program diploma IV dan S1, dan selama 6 semester untuk program Diploma III dengan ketentuan penerima beasiswa berstatus mahasiswa aktif.
Asep mengatakan pihaknya tidak bisa memberikan solusi terbaik seandainya ada mahasiswa yang tidak tepat sampai delapan semester. “Yang harus kalian pikirkan adalah bagai mana caranya kalian bisa lulus tepat delapan semester,” tegas Asep di hadapan 30 mahasiswa Bidik Misi.
Asep menambahkan jika pun ada mahasiswa yang yang tidak tepat lulus delapan semester, biayanya tidak mungkin ditanggung sama UPI. “Jika ada yang bermasalah sama dosen terkait mata kuliah yang belum lulus, segera selesaikan agar kalian bisa lulus tepat waktu,” ujar Asep.
Dalam pertemuan itu, Asep berharap Mahasiswa Bidik Misi angkatan pertama ini, bisa fokus berusaha lulus April tahun ini karena semester delapan akan berakhir Juni. ”Jangan sampai Sodara masih ada, di bulan pembayaran semester sembilan,” tutup Asep.
Menanggapi hal itu, Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Perancis, Zein berpendapat bahwa tak semua jurusan di UPI bisa lulus dengan mudah. “Adil itu enggak harus sama, ada beberapa jurusan yang emang susah lulus delapan semester,” tutur mahasiswa angkatan pertama bidik misi itu.
Sama seperti Zein, mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik Arsitektur, Regi berharap masih adanya bidik misi di semester 9 atau adanya solusi untuk kasus ini. “Saya sekarang masih PPL belum skripsi, seminar dan sebagainya enggak mungkin kan lulus delapan semester,” keluhnya. [Noval Prahara Putra]