Anies Baswedan: Awasi Tata Kelola Pendidikan

79
Mendikbud Anies Baswedan menyampaikan sambutan dihadapan para peserta acara Indonesia Data Driven Journalism 2016 di gedung Kridha Bhakti, Jakarta, Sabtu (5/03). Peningkatan mutu pendidikan bukanlah semata-mata peningkatan standar, namun juga diperlukan interaksi antar pelaku pendidikan. (isolapos.com/Ikhsan Ramdhan)
Mendikbud Anies Baswedan menyampaikan sambutan dihadapan para peserta acara Indonesia Data Driven Journalism 2016 di gedung Kridha Bhakti, Jakarta, Sabtu (5/03). Peningkatan mutu pendidikan bukanlah semata-mata peningkatan standar, namun juga diperlukan interaksi antar pelaku pendidikan. (isolapos.com/Ikhsan Ramdhan)

Oleh : Pathan Ismail

Jakarta, isolapos.com-

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan, menyatakan pendidikan Indonesia yang berkualitas rendah, bukanlah sebuah persoalan. “Karena tidak ada peraturan yang di langgar dalam pelaksanaan pendidikan di Indonesia,” kata Anies, dalam pembukaan acara Indonesia Data Driven Journalism 2016 di Gedung Kridha Bhakti, Jakarta (05/03).

Dalam kesempatan itu, Anies menyatakan, sebenarnya dari sisi birokrasi menjalankan pendidikan tak berkualitas tak melanggar apapun. “Bila pendidikan kita itu kualitasnya rendah, kalah dibandingkan Singapura kalah dibandingkan Malaysia kalah dibandingkan Taiwan, adakah UU yang kita langgar? Nggak ada!” ujarnya didepan hadirin. Menurutnya, tak ada Undang-undang yang mengharuskan Indonesia lebih baik dari Singapura, “Di cek aja undang-undangnya, nggak ada yang mengharuskan kita lebih baik dari Singapura.”

Kata Anies, visi dari pendidikan Indonesia adalah untuk membangun insan berpendidikan dan juga membangun ekosistem pendidikan. Baginya, melalui ekosistem itulah, kualitas pendidikan Indonesia akan maju. Anies menilai, yang membuat mutu pendidikan meningkat bukanlah semata-mata peningkatan standar, tetapi juga diperlukan interaksi antar pelaku pendidikan. Interaksi tersebut hanya bisa terjadi jika terdapat ekosistem yang baik.

Lebih lanjut Anies memaparkan, yang disebut sebagai ekosistem pendidikan terdiri dari empat level yang bertahap. Level pertama, kata Anies adalah sosialisasi, level kedua konsultasi, level ketiga partisipasi dan level keempat adalah kolaborasi. “Kita ingin pelibatan publik itu berada di level kolaborasi,” tegas Anies.

Salah satu cara yang dilakukan Kemendikbud untuk membuat publik berada di level kolaborasi, yakni sedang dilakukannya penyusunan sebuah aplikasi untuk melihat informasi seputar pendidikan yang dinamakan jendela pendidikan dan kebudayaan. “Orang tua memilih sekolah liat disitu, (contohnya) saya memilih sma 3 atau sma 8 atau sma 10 seperti belanja online dipilih lalu keluar datanya,” terang Anies.

Data tersebut dapat diakses masyarakat melalui situs Neraca Pendidikan. Situs yang baru diluncurkan pemerintah akhir Februari lalu tersebut memuat sejumlah informasi dari mulai kualitas guru, jumlah siswa, hasil nilai ujian nasional, sampai dana pendidikan yang diterima sekolah tersebut.

Anies berharap masyarakat bisa memanfaatkan informasi yang didapat di situs ini. Sehingga terdapat kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat dalam mengawasi, menuntut dan juga dalam memastikan pendidikan di daerah tersebut dapat berjalan dengan semestinya. [ ]

Redaktur: Syawahidul Haq

Comments

comments