Ayah, Kisah Perjuangan Hidup Insan Mulia

88

Judul Buku                :  Ayah (Kisah Buya Hamka)

Penulis                        :  Irfan Hamka

Penerbit                      :  REPUBLIKA

Tebal Halaman          :  323 Halaman

Tahun Terbit               :  Cetakan I Mei 2013

Buku ini ialah buku biografi yang ditulis oleh Irfan Hamka berkisah tentang Buya Hamka sebagai Ayahnya yang baik, pemimpin bagi keluarga, dan panutan bagi umat. Namanya melegenda di telinga dunia dengan gelar Doctor Honoris Causa yang ia dapat dari Al-azhar.

Sosok Buya yang lembut dan bersahaja, memberikan inspirasi bagi banyak orang. Pidatonya di berbagai negara mayoritas muslim begitu menyenntuh dan sangat mencerdaskan. Wajar jika ia mendapat gelar tersebut dari universitas tertua di Mesir.

Keteguhan hati yang ada pada sosok Buya juga dikisahkan saat ia ditahan tanpa prosese hukum. Di bui tanpa proses pengadilan dan meninggalkan anak istri. Namun, Ia tidak dendam kepada Presiden Soekarno yang menjebloskannya ke penjara karena memusuhi PKI. Ia dengan rendah hati memaafkan Soekarno. Dengan keikhlasan, Buya menerima amanat untuk menjadi imam shalat jenazah presiden RI ini, saat meninggalnya Soekarno.

Kepribadian lembut seorang Buya Hamka terlihat jelas dalam buku. Misalnya, percakapan Buya Hamka dengan utusan Bung Karno.

“Apa Buya tidak dendam terhadap Soekarno yang telah menahan Buya sekian lama di penjara?”

Semua pandangan tersebut dijawab Ayah dengan lembut.

“Hanya Allah yang mengetahui atau tidak. Yang jelas sampai ajalnya, dia tetap seorang muslim. Kita wajib menyelenggarakan jenazahnya dengan baik.

Saya tidak pernah dendam terhadap orang yang menyakiti saya. Dendam itu termasuk dosa. Selama dua tahun empat bulan saya ditahan, saya merasa semua itu merupakan anugerah yang tiada terhingga dari Allah kepada saya, sehingga saya, dapat menyelesaikan Kitab Tafsir Al-qur’an 30 juz. (Hamka, 2013)

Ialah sosok ulama yang banyak dirindukan umat. Bernama lengkap Prof. Dr. Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau populer dengan nama Buya Hamka. Ulama yang satu ini dirindui karena kesederhaannya dan sifat arif yang ia miliki. Ia juga sosok ulama berani untuk menegakkan syariat meski halangan menerpanya.

Hal ini terjadi saat Buya menjabat sebagai pimpinan Majelis Ulama Indonesia yang mengeluarkan fatwa haram kepada umat islam untuk mengucapkan natal pada umat nasrani. Dengan cerdas, Irfan membagi periode perjalanan hidup Buya. Dengan bahasa populer, kisah ini cukup mudah untuk dipahami. Namun, beberapa kali pembaca akan merasa bingung dengan mengulang pembahasan kisah ulama ini. Bacaan ini sangat ringan dengan gaya bahasa yang popular dan mudah dimengerti oleh pembaca. Buku ini  memberi gambaran hidup muslim yang dicari banyak orang.

Menutup ini semua, untuk pembaca yang ingin belajar memaknai hidup, awalilah dengan buku Ayah. Selamat  Membaca! [Karolina Ketaren]

 

Comments

comments