Haris Azhar Dukung Warga Dago Elos untuk Terus Melawan

176

Oleh: Ahmad Ahimsa & Wulan Nur Khofifah

Bandung, Isolapos.com-Konflik agraria di Indonesia masih belum usai. Salah satunya konflik yang terjadi di kawasan Dago Elos, Bandung Utara. Konflik ini bermula ketika pada tahun 2016, keluarga Muller dan PT. Dago Inti Graha melayangkan gugatan terhadap warga Dago Elos yang mengharuskan mereka meninggalkan tempat tinggalnya.

Di tengah bayang-bayang penggusuran lahan yang kian masif, masih banyak warga yang memilih untuk bertahan seperti yang terjadi pada Kamis malam (20/07). Dalam dinginnya udara kota Bandung, orang-orang duduk berderet mengikuti agenda diskusi Festival Kampung Kota (FKK) 3 di salah satu titik penggusuran yaitu RW 02 Dago Elos. 

Festival yang lahir di Dago Elos pada 2017 silam ini merupakan sebuah acara yang digagas secara kolektif oleh berbagai kelompok masyarakat yang bersolidaritas dengan memberdayakan titik konflik yang diaktivasi menjadi ruang-ruang publik.

Diskusi yang bertajuk “Perjuangan Rakyat di tengah Penyempitan Ruang Sipil” ini menghadirkan Direktur Eksekutif Lokataru, Haris Azhar sebagai pembicara. 

Haris mengatakan bahwa pemicu konflik yang terjadi saat ini disebabkan oleh kepentingan besar dari para penguasa yaitu ketakutan pada kemiskinan, kesusahan, serta takut kehilangan kuasa yang membuat mereka menghalalkan segala cara.

Menurutnya, semakin warga Dago Elos diam, maka akan semakin leluasa para penguasa untuk menindas. “Kita juga harus seperti mereka (Penguasa-Red). Kalau kita diam makin lebar jalan buat mereka untuk menginjak-injak kita,” ucapnya.

Dalam melakukan perlawanan, Haris mengungkapkan bahwa keberanian merupakan hal yang utama dalam sebuah perjuangan.

“Syarat pertama berjuang itu berani, bukan pintar. Karena kalau kita pinter tapi kita gak berani, disuruh ngomong ngak ngak ngek ngok selesai, gak ada gunanya. Tapi, keberanian tanpa kepinteran juga bahaya,” lanjut Haris.

Salah satu warga bernama Dea mengatakan bahwa penguasa tidak memperhatikan warga biasa sehingga dengan mudah melakukan intimidasi. “Karena kita warga kecil kita mungkin enggak akan pernah kelihatan gitu sama orang-orang yang di atas itu (Penguasa-Red). Ya mungkin karena itu juga, makanya kita terus-terusan diintimidasi sampai sekarang kan? 

Meski mendapatkan intimidasi, warga mengatakan akan tetap terus melawan dengan kekuatan yang ada. “Tapi kita juga gak akan diem, kita akan terus melawan dengan kekuatan dari teman-teman solidaritas, teman-teman kuasa hukum, teman-teman dari warga juga,” pungkasnya.

Anto, tim advokasi Dago Melawan mengatakan bahwa diskusi yang dipilih dalam FKK ini bisa dipakai dalam membantu perjuangan warga Dago Elos untuk mempertahankan tanahnya.

“Karena diskusi-diskusi yang dipilih untuk diadakan di FKK ini sebenarnya beberapa itu bisa tuh dipakai untuk membantu perjuangan warga juga,” ucap Anto.

Diskusi ditutup dengan seruan “Dago Melawan!” oleh Rifky Zulfikar, yang berperan sebagai moderator.

“Tak Bisa Dikalahkan!” jawab warga dengan teriakan lantang. []

Redaktur: Razib Ikbal Alfaris

Comments

comments

You might also like